Saya suka fairy tales. Dulu...
Seiring berjalannya waktu, saya tumbuh semakin dewasa. Dengan pertambahan
usia dan waktu yang lebih lama untuk melihat realita yang disajikan dunia
itulah, saya menyadari kalau our real lives are far from fairy tales.
Dunia nyata sama sekali tidak seindah apa yang diceritakan dalam dongeng.
Semua fairy tales rata-rata mengisahkan tentang putri yang
lantas bertemu pangeran, kemudian mereka jatuh cinta, menghadapi beberapa
rintangan, and live happily ever after. Bagi saya, cerita seperti
itu terlalu menjual mimpi dan membuat terlena.
Lihat saja cerita mulai dari Snow White, Cinderella, Sleeping
Beauty, Beauty and The Beast, dan lain-lain. Semua berakhir dengan begitu
membahagiakan. Konflik hanya terjadi ketika tiba-tiba muncul penyihir jahat
yang menjadi rintangan bagi perjalanan cinta keduanya. Tapi pada akhirnya,
semua tokoh antagonis itu terkalahkan dengan kekuatan cinta. Classy!
Dari sekian banyaknya dongeng, yang paling saya sukai adalah The
Little Mermaid. Saya baru benar-benar menyadari full story-nya
setelah menonton melodrama Korea berjudulSecret Garden.
Dongeng ini diambil sebagai salah satu pendukung cerita. Terutama di
bagian ending-nya ‘Then she shot a parting glance at the world
she was leaving behind, and dived into the waves, ready to turn into the foam
of the sea from whence she had come, and vanish’.
Akhirnya, ada juga fairy tale with sad ending.
Bagi yang belum mengetahui Original Tale: The Little Mermaid (dengan
tokoh utama bernama Sirenetta, bukan versi Disney dengan
tokoh utama bernama Ariel) yang dikisahkan dengan suasana lebih ‘dark’,
bisa dibaca di sini.
Kita semua perlu mengetahui kisah seperti ini. Jangan
terus-menerus terbuai dengan kisah indah yang berakhir bahagia saja.
Melalui kisah The Little Mermaid, kita disadarkan, bahwa tidak segala
sesuatu yang kita inginkan di dunia ini bisa tercapai. Bahwa meskipun kita
telah mengorbankan segala yang kita miliki, termasuk yang paling berharga
sekalipun, kalau memang yang kita ingini itu bukan hak kita, sampai kapanpun
kita tidak akan mendapatkannya. Berusaha itu wajib hukumnya, tapi ada batasan
di mana sekuat apapun kita berusaha, kuasa lain-yang diyakini bernama takdir
atau kehendak Pencipta-itu tetap tidak bisa dilawan.
Karena rasa cintanya pada pangeran, Sirenetta rela
menukar suara merdunya dengan sepasang kaki manusia. Dia juga rela menahan rasa
sakit setiap kali melangkah. Bahkan yang paling gila, dia nekad membuat
perjanjian dengan penyihir, bahwa apabila pria yang dicintainya menikah dengan
wanita lain, dia tidak bisa kembali menjadi putri duyung lagi, melainkan
menghilang ke dalam lautan seperti busa ombak.
Pada akhirnya, takdir ternyata tidak berpihak pada
Sirenetta. Meskipun dia sudah merelakan segalanya, pangeran malah menikah
dengan wanita lain. Tragis memang.
Selain apa yang sudah saya sebutkan sebelumnya, kita juga diingatkan, bahwa
atas setiap pilihan yang kita buat dalam hidup, pasti ada konsekuensi yang
harus kita tanggung. Kalau semuanya berjalan sesuai rencana, maka konsekuensi
yang timbul adalah kita tidak boleh lupa diri dan tetap mengingat bagaimana
proses sehingga kita bisa mencapainya. Tapi ketika tidak berjalan sesuai
kehendak kita, maka kita harus siap dengan konsekuensi terburuk sekalipun.
Seperti gambling, kita hanya mampu berharap dan berusaha semaksimal
mungkin.
Pada akhirnya, semua itu tetaplah sebuah dongeng. Karangan belaka, yang
dibuat demi memberikan berbagai pelajaran dan makna tentang kehidupan. Tidak masalah
apakah kita lebih menyukai cerita dengan happy ending ataupun sad
ending. Semua itu pilihan.
Berharap kisah hidup kita akan berakhir bahagia
seperti kisah-kisah tersebut, sah-sah saja. Tapi bukan berarti kita jadi
terobsesi dan melakukan berbagai macam cara, bahkan sampai menyangkal realita
yang ada dan membohongi diri sendiri. Ingat, yang kita punya dan jalani
adalah kehidupan nyata, bukan fairy tales.
Picture : private collection (Secret Garden SBS)
No comments:
Post a Comment