09 November 2011

Not So Happy Ending



Saya suka fairy tales. Dulu...

Seiring berjalannya waktu, saya tumbuh semakin dewasa. Dengan pertambahan usia dan waktu yang lebih lama untuk melihat realita yang disajikan dunia itulah, saya menyadari kalau our real lives are far from fairy tales.

Dunia nyata sama sekali tidak seindah apa yang diceritakan dalam dongeng. Semua fairy tales rata-rata mengisahkan tentang putri yang lantas bertemu pangeran, kemudian mereka jatuh cinta, menghadapi beberapa rintangan, and live happily ever after. Bagi saya, cerita seperti itu terlalu menjual mimpi dan membuat terlena.

Lihat saja cerita mulai dari Snow White, Cinderella, Sleeping Beauty, Beauty and The Beast, dan lain-lain. Semua berakhir dengan begitu membahagiakan. Konflik hanya terjadi ketika tiba-tiba muncul penyihir jahat yang menjadi rintangan bagi perjalanan cinta keduanya. Tapi pada akhirnya, semua tokoh antagonis itu terkalahkan dengan kekuatan cinta. Classy!

Dari sekian banyaknya dongeng, yang paling saya sukai adalah The Little Mermaid. Saya baru benar-benar menyadari full story-nya setelah menonton melodrama Korea berjudulSecret Garden.

Dongeng ini diambil sebagai salah satu pendukung cerita. Terutama di bagian ending-nya ‘Then she shot a parting glance at the world she was leaving behind, and dived into the waves, ready to turn into the foam of the sea from whence she had come, and vanish’.

Akhirnya, ada juga fairy tale with sad ending.

Bagi yang belum mengetahui Original Tale: The Little Mermaid (dengan tokoh utama bernama Sirenetta, bukan versi Disney dengan tokoh utama bernama Ariel) yang dikisahkan dengan suasana lebih ‘dark’, bisa dibaca di sini.
Kita semua perlu mengetahui kisah seperti ini. Jangan terus-menerus terbuai dengan kisah indah yang berakhir bahagia saja.
Melalui kisah The Little Mermaid, kita disadarkan, bahwa tidak segala sesuatu yang kita inginkan di dunia ini bisa tercapai. Bahwa meskipun kita telah mengorbankan segala yang kita miliki, termasuk yang paling berharga sekalipun, kalau memang yang kita ingini itu bukan hak kita, sampai kapanpun kita tidak akan mendapatkannya. Berusaha itu wajib hukumnya, tapi ada batasan di mana sekuat apapun kita berusaha, kuasa lain-yang diyakini bernama takdir atau kehendak Pencipta-itu tetap tidak bisa dilawan.
Karena rasa cintanya pada pangeran, Sirenetta rela menukar suara merdunya dengan sepasang kaki manusia. Dia juga rela menahan rasa sakit setiap kali melangkah. Bahkan yang paling gila, dia nekad membuat perjanjian dengan penyihir, bahwa apabila pria yang dicintainya menikah dengan wanita lain, dia tidak bisa kembali menjadi putri duyung lagi, melainkan menghilang ke dalam lautan seperti busa ombak.
Pada akhirnya, takdir ternyata tidak berpihak pada Sirenetta. Meskipun dia sudah merelakan segalanya, pangeran malah menikah dengan wanita lain. Tragis memang.
Selain apa yang sudah saya sebutkan sebelumnya, kita juga diingatkan, bahwa atas setiap pilihan yang kita buat dalam hidup, pasti ada konsekuensi yang harus kita tanggung. Kalau semuanya berjalan sesuai rencana, maka konsekuensi yang timbul adalah kita tidak boleh lupa diri dan tetap mengingat bagaimana proses sehingga kita bisa mencapainya. Tapi ketika tidak berjalan sesuai kehendak kita, maka kita harus siap dengan konsekuensi terburuk sekalipun. Seperti gambling, kita hanya mampu berharap dan berusaha semaksimal mungkin.

Pada akhirnya, semua itu tetaplah sebuah dongeng. Karangan belaka, yang dibuat demi memberikan berbagai pelajaran dan makna tentang kehidupan. Tidak masalah apakah kita lebih menyukai cerita dengan happy ending ataupun sad ending. Semua itu pilihan.

Berharap kisah hidup kita akan berakhir bahagia seperti kisah-kisah tersebut, sah-sah saja. Tapi bukan berarti kita jadi terobsesi dan melakukan berbagai macam cara, bahkan sampai menyangkal realita yang ada dan membohongi diri sendiri. Ingat, yang kita punya dan jalani adalah kehidupan nyata, bukan fairy tales.

Picture : private collection (Secret Garden SBS)

No comments:

Post a Comment