24 February 2011

Bulan-bulan Terakhir Masa SMA



Rasanya baru kemarin saya merasa deg-deg an di hari pertama masuk SMA.
Rasanya baru kemarin saya mengenakan seragam putih abu-abu.
Rasanya baru kemarin pertama kali dikenalkan dengan sosiologi dan fisika (walaupun tidak lagi saya pelajari).
Rasanya juga baru kemarin mengikuti masa orientasi, bertemu teman-teman baru, lingkungan sekolah baru.
Semuanya akan terasa begitu cepat saat kita merasa nyaman dalam suatu rentangan waktu. Rasanya sang waktu berlari terlalu cepat meninggalkan kita yang masih terlena dalam manisnya momen tersebut. Dan di saat kita tersadar waktu kita tak lama lagi, rasa tak rela itu perlahan muncul, kemudian dengan seenaknya mendominasi.
Orang bilang SMA itu masa yang paling seru. Kali ini tanpa perlu mendebatnya pun saya sudah bisa memastikan kalau kalimat ini 100 persen terbukti benar.
Sayangnya masa SMA saya itu tinggal beberapa bulan lagi akan berakhir. Semakin dekat hari kelulusan, saya semakin larut dalam nostalgia selama hampir tiga tahun menyandang status sebagai siswi SMA. Mulai dari hari pertama masuk, saat-saat awal yang masih malu-malu dan belum saling kenal, sampai metamorfosa drastis dalam kepribadian dan sahabat-sahabat. Orang-orang yang pada masa awal saya menjadi murid kelas sepuluh merupakan sahabat karib, kini bisa jadi layaknya orang asing. Begitupun sebaliknya, orang yang sempat saya benci, justru berbalik menjadi sahabat. Ironis memang. Dan saya selalu yakin, itulah misteri kehidupan. Tidak ada yang bisa menebak, tidak ada yang stagnan. Semua akan mengalir seperti air.
Berbagai kegiatan non-akademis yang saya ikuti, juga beberapa lomba membawa nama sekolah, bahkan puncaknya Olimpiade Sains Nasional. Saat-saat takkan terlupa menimba pengalaman dari keikutsertaan mengurus acara sekolah.
Belum lagi lingkungan pergaulan yang begitu berwarna. Guru-guru yang benar-benar menjalankan fungsi mereka sebagai pengganti orangtua selama di sekolah.
Segala canda, tawa, perjuangan, sakit, semuanya melebur menjadi satu dalam bingkai bernama kenangan. Terlampau indah untuk dipatri dalam memori, terlalu sulit untuk dilupakan.
Saya pastinya akan merindukan setiap fragmen masa SMA ini. Dari hal terkecil sampai yang terbesar. Dari mulai duduk di kantin saat istirahat, ditegur guru karena sering ngobrol di kelas dan meninggalkan jam pelajaran karena urusan OSIS, dihukum pulang karena terlambat, keceriaan di kelas, guru-guru yang narsis dan asik diajak berdebat soal pelajaran maupun hal lain. Hari-hari character building, piknik, retreat, business camp, karyawisata, kunjungan universitas, cup, malam festival. Saat-saat nongkrong di TU ketika pulang sekolah atau sebelum dan sesudah ekskur. SEMUANYA!!
Memang masih beberapa bulan lagi, tapi beberapa bulan bukanlah waktu yang lama. Waktu itu akan terasa cepat sekali berlalu, seiring dengan kesibukan saya dan teman-teman satu angkatan saya mengikuti berbagai TO, ujian praktek, ujian sekolah, hingga akhirnya Ujian Akhir Negara.
Bahkan rasanya sekarang air mata saya akan tumpah kalau memikirkan semuanya itu.
Saya rindu, saya masih belum puas mencicipi keindahannya. Ah, seandainya masih ada banyak waktu yang tersisa...
Untuk itu, saya hanya ingin berpesan pada kalian semua yang baru menapaki jejak baru di bangku sekolah menengah. Kepada adik kelas sepuluh dan sebelas. Berbahagialah karena waktu kalian masih panjang.
Jangan menyia-nyiakan waktu yang ada dengan mengeluh, mengeluh, dan mengeluh. Nikmati semuanya sebagai bagian perjalanan kalian mengukir kenangan indah. Anggap semua PR, tugas, ulangan, omelan guru, apapun itu sebagai bagian dari keseruan SMA. Karena masa SMA hanya satu kali. Kalian tidak akan menemukan hal yang sama ketika meninggalkan jenjang ini menuju jenjang selanjutnya. Menikmati, itulah kuncinya.

Picture : private collection

22 February 2011

Only Love Can Break Your Heart



Judul posting kali ini saya ambil dari judul sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Neil Youngyang kemudian dinyanyikan ulang oleh The S.I.G.I.T. 

Saya sangat setuju dengan kalimat tersebut. Karena memang hanya cintalah yang bisa menghancurkan hati seseorang. 

Ah, siapa bilang? Sakit hati nggak melulu disebabkan oleh cinta, kok. Seseorang bisa sakit hati karena mengalami kegagalan, atau kehilangan. Kegagalan tersebut bisa dalam karier, prestasi akademis, perlombaan, atau bahkan kegagalan hidup. Sementara kehilangan, bisa jadi kehilangan seseorang, hewan peliharaan, atau sesuatu barang berwujud nyata maupun abstrak. 

Tapi mari kita telaah kembali. 

Kenapa disebut kegagalan? Karena kita tidak bisa mendapatkan/mencapai/memiliki sesuatu yang kita CINTAI. 

Begitu pula dengan kehilangan. Seseorang tidak akan merasa kehilangan kalau apa yang diambil paksa atau pergi darinya itu bukanlah hal yang diCINTAInya. 

Jadi jelas kan, kalau di dunia ini, hanya satu kata, CINTA yang mampu menghancurkan perasaan seseorang. Menyakiti hati seseorang. 

Kenyataan pahit ini nyatanya tidak lantas membuat kita berhenti mencintai. Meskipun kita tahu akan ada rasa sakit yang menghantui di balik cinta itu, tapi kita tetap mencintai seseorang atau sesuatu. 

Ya, cinta memang merupakan misteri selain kehidupan itu sendiri. Selama kita masih memiliki hati, maka selama itulah kita tidak akan berhenti mencintai.

Picture : facebook.com

20 February 2011

Surat Cinta untuk Ibu



Ibu...
kala senja menjemputmu
perlahan tapi pasti waktumu hampir habis
ingatlah selalu, masih ada aku.

Walau matamu tak lagi dapat melihat dengan jelas,
tapi masih kutemukan kelembutan di mata itu
masih terpancar kasih dari mata itu
terpapar sebuah pengharapan lewat mata itu.

Meski mulutmu kesulitan melafalkan kata,
tapi masih kulihat senyuman di mulut itu
masih terungkap "Ibu mencintaimu, Nak" dari mulut itu
tertangkap jelas kata "Kamu selalu membuat ibu bangga." lewat mulut itu.

Walau telingamu tak lagi setajam dulu dalam menangkap suara,
tapi masih terdengar olehmu ungkapan sayangku di telinga itu
masih bisa mengetahui semua yang kulakukan hanya untukmu dari telinga itu
terus ada untuk menyimak semua ceritaku lewat telinga itu.

Meski tanganmu tak sanggup lagi menggendongku,
tapi masih terpapar hasil kerja keras di tangan itu
masih terasa belaian lembut dari tangan itu
menghapus air mataku lewat tangan itu.

Saat organ di tubuhmu tak lagi mampu bekerja
satu yang kuyakin takkan pernah mati
hatimu kan selalu rasakan
kehadiranku temanimu
membalas semua cintamu yang tiada banding
sampai habis nafasmu
atau mungkin nafasku lebih dulu
karena tanpamu,
aku hanya seonggok daging tak bernilai. 

Minggu, 20 Februari 2011
Averina Lita
Picture : icanloveyou73.blogspot.com

19 February 2011

Cewek Pintar = Sexy



Kecantikan merupakan faktor utama yang membuat seorang perempuan disebut menarik.
Inilah pendapat umum banyak orang di berbagai belahan dunia.
Sayangnya, saya sama sekali tidak setuju dengan pendapat ini.
Sebagai seorang perempuan, saya justru merasa bahwa pendapat tersebut menurunkan derajat kaum saya. Perempuan seolah dianggap sebagai barang yang hanya menjadi objek untuk dilihat dan dinikmati. Siapa yang cantik, dialah yang akan lebih laku. Sementara sisanya, menjadi barang buangan yang pantasnya ditaruh dalam box sale.
Padahal, nilai seorang perempuan jauh lebih tinggi dari pada itu.
Kecantikan bukan hal absolut, bukan sesuatu yang mutlak. Bukan alat ukur yang objektif. Terlalu picik, dan teramat sangat relatif. Apa yang diyakini oleh si A cantik, belum tentu bagi si B juga cantik. Yang jauh lebih penting adalah isi otak perempuan itu sendiri.
Lebih bagus sebenarnya kalau kepintaran perempuan dibarengi dengan kecantikan. 3B :beauty, brain, behaviour. Bukankah itu yang menjadi penilaian resmi berbagai kontes kecantikan dunia?
Bagi saya, kategori brain dan behaviour adalah satu-kesatuan. Tidak bisa dipisah-pisah.Because educated people will know how to act. How to behave.
Mungkin pendapat pribadi saya ini langsung dibantah oleh kalian. Memangnya orang pintar selalu punya kepribadian baik?
Bukan itu maksud saya. Yang mau saya tekankan di sini adalah, seorang perempuan terpelajar, sekalipun attitudenya mungkin tidak bagus, tapi ia pasti bisa menutupi kekurangannya itu dengan baik. Ia akan menonjolkan kelebihannya untuk menutupi kekurangannya. Simpel saja, itu karena mereka punya otak, dan mereka mau menggunakan otak itu dengan baik (wah, radikal sekali pendapat saya ini!).

Sehubungan dengan posting ini, saya melakukan survei kecil-kecilan yang melibatkan beberapa teman pria saya. Pertanyaan survei itu adalah sebagai berikut :
"Mana yang lebih baik, perempuan cantik tapi otaknya kosong, atau perempuan biasa saja, tapi pintar dan mampu membawa diri dengan baik?"
Hasilnya, dari sekitar 25 narasumber, hanya DUA pria yang memilih jawaban pertama, yaitu perempuan cantik tapi otaknya kosong.
Dari hasil tersebut, saya cukup terhibur, karena terbukti bahwa kebanyakan pria di luar sana sudah terlepas dari paradigma "Cewek ideal itu haruslah yang penampilannya cantik".
Kecantikan bisa dipoles. Asal punya uang, berbagai perawatan super canggih bisa diupayakan demi membuat seorang perempuan menjadi cantik. Tapi butuh usaha luar biasa sulit untuk membangun kepintaran dan kemampuan untuk membawa diri.
Lagipula, bukankah kecantikan itu sifatnya sementara? Semua perempuan, sekaya atau sehebat apapun mereka, tetap tidak bisa melawan kodrat alam. Mereka akan menjadi tua, keriput, jelek. Meskipun dengan kecanggihan teknologi sekarang ini, banyak perempuan yang tetap tampil cantik meski sudah tua, tapi tetap saja, mereka tidak bisa menyembunyikan tanda-tanda penuaan mereka.
Lalu ketika semua kecantikan itu perlahan terenggut secara paksa, apa lagi yang bisa membuat perempuan tetap menarik? 
Kepintaran. Itulah jawabannya.
Karena kepintaran mampu melahirkan kecantikan secara alamiah. Karena pada dasarnya semua perempuan itu cantik, tergantung dari mana orang lain melihatnya.
Jadi, jangan pernah merutuki diri kalau kalian merasa diri kalian tidak cantik. Justru kalian perlu merasa waspada apabila kalian cantik, tapi pengetahuan kalian sempit.
Bagi seluruh perempuan, yakinlah kalau kalian semua cantik. Seperti kata Christina Aguilera dalam lagunya yang berjudul "Beautiful" : You are beautiful, in every single way. Hargai diri kalian dengan memperdalam terus wawasan kalian. Belajar dan terus belajar tanpa mengenal kata akhir. Karena percayalah, smart is the new sexy*.
*) Leonard Hofstadter, The Big Bang Theory (TV Series)

Picture : flickr.com

17 February 2011

Masa Bakti yang Telah Usai



Rasanya aneh harus meninggalkan status sebagai anggota OSIS.
Seperti ketika kamu terbiasa minum kopi setiap pagi, lalu kemudian tiba-tiba dipaksa untuk tidak minum kopi lagi.
Dua tahun selama duduk di bangku SMA saya menjadi bagian dari OSIS. Dua angkatan telah berhasil dilalui.
Puluhan rapat.
Jam-jam yang tersita untuk mengurus berbagai acara, baik jam pelajaran, istirahat, bahkan terpaksa pulang malam.
Tetesan keringat dan perjuangan.
Berbagai masalah datang silih berganti, mengajarkan saya bagaimana harus bertindak dan berperilaku.
Menyadarkan bahwa segala sesuatu bisa terselesaikan dengan baik selama dikerjakan bersama-sama tanpa banyak mengeluh.
Membuktikan kalau menyatukan beberapa kepala itu bukanlah pekerjaan mudah, tapi masih bisa dilakukan. Dibutuhkan komunikasi yang lancar, rasa toleransi-simpati-empati, jiwa besar, dan berbagai hal lain yang mungkin akan terdengar seperti saat kamu membaca buku Kewarganegaraan. Tapi semua sifat itu memang sangat dibutuhkan dalam kehidupan nyata ini, bukan?
Dua angkatan yang berbeda. Cara kerja, sistem kekerabatan, dan program berbeda. Tapi kedua angkatan ini sama-sama memiliki tujuan serupa. Memajukan sekolah pastinya.
Dari OSIS lah saya mendapatkan sahabat-sahabat yang sangat luar biasa. Dari OSIS lah saya mendapat banyak sekali pelajaran berharga dalam kehidupan ini. Dari OSIS lah mental dan kepribadian saya menjadi semakin terbentuk. Dari OSIS lah kreatifitas saya semakin diasah. Dari OSIS juga lah saya belajar berbagi, menerima & memberi, memahami, bertanggung jawab.
Saat berbagai cercaan dan hinaan datang silih berganti untuk acara yang dibuat, untuk keteladan mematuhi berbagai peraturan sekolah, untuk menjadi 'sedikit lebih menonjol'. Awalnya mungkin menyakitkan, tapi saya yakin, pelajaran dan pengalaman yang saya dapatkan jauh lebih berharga daripada semuanya itu.
Pada akhirnya saat itu akan tiba juga. Bangku sekolah menengah sebentar lagi ditinggalkan. Regenerasi selalu terjadi dan tidak dapat dihindari sama halnya dengan menjadi tua. Semua harus berjalan sesuai dengan ritme dan tuntutan waktu.
Dan sampailah saya pada saat di mana hanya bisa merindukan dan mengenang. Semua hal yang dulu terasa menyusahkan, membosankan, bahkan memuakkan, kini malah dikenang dalam senyuman. Kini malah dirindukan.
Maka saya akan sangat setuju dengan pendapat bahwa manusia baru bisa merasakan betapa berharganya sesuatu saat sesuatu itu diambil dari padanya.
Tapi saya tidak pernah menyesal. Dua tahun ini sangat berkesan. Dengan segala tawa, lelah, keringat, air mata. Dengan berbagai pujian, nasehat, dan cemoohan. Semuanya menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari perjalanan hidup saya. Dan saya yakin, tidak ada yang perlu disesali. Bahkan semuanya menjadi sebuah bekal bagi langkah saya selanjutnya.

Picture : private collection

16 February 2011

Miss Independent



Tahun baru menjadi pertanda bahwa usia kita pun bertambah. Seiring dengan pertambahan usia, tentunya kita juga harus menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab dan mandiri. 
Namun sayangnya, orang sering salah mengartikan makna di balik kata mandiri. Tinggal terpisah dari orangtua atau menafkahi diri sendiri seringkali menjadi tolak ukur kemandirian seseorang. Padahal... mandiri jauh lebih dari pada itu. 
Menilik ke kehidupan pribadi saya sendiri, setiap tahun 'menjadi semakin mandiri' selalu masuk dalam daftar resolusi awal tahun saya. 
Kenapa?
Karena mandiri merupakan aspek penting yang sangat menentukan masa depan seseorang. Seseorang bisa sukses ataupun gagal dalam hidupnya berdasarkan tingkat kemandirian yang dimilikinya. 
Tenang saja, untuk menyandang predikat miss independent, kita nggak perlu terlalu memforce diri kita. Semuanya bisa dilakukan step by step. Learning by doing
Hal termudah untuk memupuk rasa mandiri dalam hidup kita sehari-hari adalah denganmengurus diri sendiri. Enggak ada lagi tuh, insiden kalang kabut pagi-pagi karena enggak ada yang bangunin dan berakhir dengan telat masuk sekolah. Siapkan keperluan sekolah dari malamnya, jadi saat pagi hari kita enggak usah ribet. Kumpulkan motivasi supaya begitu alarm berbunyi pada waktu seharusnya, kita langsung bangun, bukannya malah mengaktifkan menu snooze, atau menutup kuping dengan bantal. 
Berat memang, tapi bukan mustahil. Saya juga sedang berusaha untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan saya. 
Selanjutnya adalah dengan berani mencoba hal-hal baru yang positif dan dapat memberi dampak baik bagi kita, plus mempertanggung jawabkannya. 

Sifat mandiri juga bisa dibina lewat keberanian mengambil keputusan dan menentukan hal-hal penting dalam hidup kita. Minta saran atau evaluasi dari orang lain memang sah-sah saja, tapi jangan kelewatan juga, sampai kamu malah 'disetir' oleh mereka. 

Stop jadi spoiled brat. Kalau kebetulan nggak bisa dijemput, apa salahnya naik kendaraan umum? Kalau jarak dari rumah ke tukang fotocopy bisa ditempuh dengan jalan kaki, kenapa juga harus naik mobil? 
Tanamkan selalu prinsip bahwa apapun yang masih bisa kita kerjakan sendiri, akan kita lakukan dengan baik. Jangan menjadi 'parasit' bagi orang lain, atau dengan kata lain, orang menjadi terganggu karena ulah kita. 
Nah, yang satu ini adalah nilai plus. Mencari uang sendiri. 
Memang benar sih, selama masih sekolah, kita masih berada dalam tanggung jawab penuh orangtua. Sudah menjadi kewajiban mereka untuk menafkahi kita. Tapi coba deh bayangin, gimana asiknya kalau bisa mendapatkan uang dengan hasil jerih payah sendiri.
Saya tau bagaimana rasanya karena thank God saya sudah berhasil melewati fase ini dalam kehidupan saya. Perasaan bangga karena bisa melihat langsung hasil kerja kita membuahkan hasil dalam wujud materi tidak dapat dibayar dengan apapun juga. 

Selain itu, kita juga disadarkan tentang dua fakta sekaligus. Pertama, cari uang itu tidak mudah. Kedua, betapa besarnya pengorbanan dan kerja keras orangtua kita dalam mencari nafkah. Semuanya itu secara otomatis akan membuat rasa mandiri semakin tertanam dalam kepribadian kita. 
Tidak hanya itu saja. Orang lain juga pasti akan lebih menghargai kerja keras kita yang bisa mandiri tanpa 'suntikan' dana dari orangtua. 
Ada banyak hal yang bisa kita lakukan demi memperoleh penghasilan pribadi. Semuanya kembali kepada passion kita masing-masing. Untuk yang hobi nulis, bisa mengirim tulisan-tulisan ke majalah atau media lain (seperti apa yang saya lakukan). Bagi yang kreatif dan inovatif, bisa membuka online shop yang khusus menjual barang-baranghandmade yang unik dan one of a kind. 

Namun yang harus diingat adalah, bagaimana cara kita memanage uang penghasilan kita itu juga menjadi tolak ukur kemandirian kita. 

Cewek mandiri akan menggunakan uangnya dengan bijak. Entah itu dibelikan sesuatu yang betul-betul berdaya guna, atau untuk ditabung. Yang jelas tidak untuk dihambur-hamburkan demi kesenangan sesaat. 

Kesimpulannya, untuk menjadi cewek mandiri, pertama-tama harus dimulai dari tekad kita sendiri. Karena segala sesuatu yang diiringi dengan tekad bulat akan membuahkan hasil yang baik.  Baru kemudian kita mulai menerapkan step-step di atas dalam kehidupan sehari-hari.

Jika di tengah jalan kita merasa tidak mampu atau terlalu lelah, 'kobarkan' kembali semangat yang pernah menggebu-gebu di awal. Ingatlah betapa banyak hal baik yang akan kita dapatkan di kemudian hari dengan melatih diri menjadi cewek mandiri sejak dini.

Picture : pinterest.com

14 February 2011

Inside a Cup of Coffee



Siapa yang tidak suka dengan minuman satu ini? Kopi seolah menjelma menjadi minuman semua golongan, mulai dari orang desa sampai orang kota, anak muda sampai orang tua, tukang becak sampai pekerja kantoran. Apalagi sekarang ini kopi juga sudah menjadi semacam lifestyle. Lihat saja dari makin maraknya coffee shop di berbagai tempat di ibukota.

Namun sayangnya selama ini kopi selalu diidentikkan dengan minuman yang lebih banyak memberikan dampak negatif daripada dampak positif bagi tubuh. Padahal, ada banyak manfaat kopi yang sangat baik untuk kesehatan, lho. Apa saja?

1. Kopi selalu identik dengan kafein. Seperti yang sudah kita ketahui bersama, kafein menyebabkan kita tidak mudah mengantuk. Kenapa? Karena kerja kafein adalah mengambil alih reseptor adenosin (salah satu sel saraf dalam otak yang bisa membuat seseorang cepat tertidur), sehingga akan memacu produksi hormon adrenail, yang membuat kita melek total.

2. Selain itu, kopi bermanfaat sebagai pembangkit stamina dan penghilang rasa sakit. Tapi harus ditekankan dalam dosis kafein yang rendah. Kopi dapat memunculkan perasaan segar dan gembira. Pengganti coklat nih!

3. Yang lebih hebatnya lagi, berdasarkan penelitian di Amerika, kopi bisa mengurangi risiko kanker hati, usus, dan parkinson!

4. Berdasarkan penelitian dari The University of Sydney, setiap cangkir kopi yang kita minum bisa mengurangi risiko terkena diabetes tipe II sampai 7 persen.

5. Kopi juga bisa bikin awet muda, lho. Hal ini dikarenakan kopi mengandung zat antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas berbahaya bagi tubuh.

6. Mulai sekarang, sehabis melakukan olahraga berat (such as fitness, swimming, futsal, etc), sangat disarankan untuk mengkonsumsi kopi. Seperti yang diungkapkan oleh para ahli, kafein membuat glukosa lebih cepat masuk ke dalam otot dan mengubahnya menjadi glikogen. Glikogen sendiri merupakan sumber energi utama yang membuat otot bekerja. That's why kopi merupakan minuman regeneratif yang tepat setelah kita berolahraga berat.


Untuk kita yang nggak terlalu suka kopi yang terlalu pahit alias terlalu keras, don't worry. Kopi tanpa kafein pun (decaffein) memiliki zat antioksidan dalam jumlah yang sama.

Kabar baiknya lagi, ternyata kopi memiliki khasiat ekstra untuk kaum wanita. Studi yang terdapat dalam Journal of Applied Social Psychology menunjukkan bahwa wanita yang mengkonsumsi kopi akan memiliki kinerja yang lebih baik ketika berada di bawah tekanan alias stres. Penelitian tersebut melibatkan 64 pria dan wanita dengan usia rata-rata 22 tahun. Peserta diminta untuk memecahkan berbagai teka-teki dan tugas yang membutuhkan memori setelah minum kopi berkafein dan tanpa kafein.

Terbukti, setelah mengkonsumsi kafein, kinerja pria yang berada di bawah tekanan jauh lebih rendah dibandingkan wanita, di mana wanita yang telah mengkonsumsi kafein berhasil memecahkan teka-teki 100 detik lebih cepat dari pria. Bravo!

Segala sesuatu yang berlebihan pasti pada akhirnya enggak  bagus. Jangan karena tau kopi mengandung manfaat seperti yang sudah dijabarkan di atas, kita langsung nafsu menenggak bergelas-gelas kopi. Minum kopi secara berlebihan dapat meningkatkan serangan stroke akibat kerusakan pada dinding pembuluh darah. Jadi, batasi konsumsi kopi maksimal 300 mg kafein atau setara dengan 3 cangkir kopi per hari.

Pictures : sanctalilium.tumblr.com | goodreads.com

13 February 2011

Percaya pada Diri Sendiri



Menyontek. 
Kata ini pasti selalu dikaitkan dengan pelajar, entah itu mulai dari pelajar sekolah dasar sampai perguruan tinggi sekalipun. 
Mungkin bagi sebagian orang hal ini wajar saja, terutama dalam keadaan mendesak. Tapi saya sangat tidak setuju dengan pendapat tersebut. 
Bukan berarti saya tidak pernah menyontek. Saya pernah melakukannya. Sering bahkan. Terutama saat saya yang biasanya mengandalkan belajar dengan SKK (Sistem Kebut Kilat, bukan lagi Sistem Kebut Semalam), di mana saat ulangan berlangsung tiba-tiba otak saya blank. Akhirnya menyontek pun menjadi solusi yang paling mudah dan menjanjikan.
Lalu pasti akan timbul pemikiran seperti ini "Munafik! Bilangnya nggak setuju, tapi ngelakuin juga."
Negara ini negara demokratis. Feel free to think about me like that
Tapi saya punya alasan kuat. Alasan yang baru saja saya dapatkan saat duduk di bangku terakhir dalam jenjang sekolah menengah atas. 
Coba bayangkan, kalau saat mengerjakan tugas saja, kita menyontek pekerjaan orang lain. Lalu, apa yang kita dapatkan? Nilai yang bagus? Nope. Sekolah tidak melulu soal nilai, kok. Sekolah memiliki tujuan utama untuk menimba ilmu, bukan mengejar nilai. Ilmu apa yang kita dapatkan? Ilmu menyontek?
Tugas dikerjakan agar kita makin memahami topik yang sedang dipelajari. Untuk mempersiapkan diri kita dalam menghadapi ulangan, dan pada akhirnya ujian akhir negara serta sekolah. 
Kalau dari sesuatu yang kecil saja kita sudah menanamkan budaya menyontek, akan jadi apa kita nantinya? 
Hidup bukan sebatas bangku sekolah saja. Beberapa tahun lagi kita akan terjun langung ke masyarakat. Ke dalam suatu lingkungan di mana hukum rimba berlaku. Siapa yang lebih kuat, maka dialah yang akan menang. 
Lantas, apa kita akan terus membawa budaya menyontek itu dalam kehidupan kita? 
Saat bekerja di perusahaan nanti, apa kita masih memiliki kesempatan untuk menyontek hasil karya rekan sekerja kita? Kalau beruntung, mungkin masih bisa. Tapi ada konsekuensi berat di belakangnya yang harus kita pikul apabila tindakan tersebut terendus orang yang kita contek atau mungkin orang lain (dan bisa jadi orang itu adalah atasan kita!). Dunia kerja yang begitu kejam tidak akan berbaik hati seperti guru kita saat sekolah. Sekalipun kita tidak dipecat, tapi nama kita sudah terlanjur dicap buruk. Seandainya tidak ketahuan pun, maka kita akan terus-terusan mencontek sepanjang hidup kita. Mematikan kemampuan kita sendiri. Mengubur rasa percaya terhadap diri sendiri. 
Alasan inilah yang melatarbelakangi sifat antipati saya tersebut. Perlahan saya mulai berkomitmen dengan diri saya sendiri untuk tidak lagi terjerumus dalam perangkap menyontek. Biarlah hasil ulangan atau ujian saya tidak sebagus yang lain. Setidaknya itulah hasil ukur sejauh mana kemampuan saya. Itulah hasil kerja saya sendiri. Bukti kepercayaan terhadap diri saya sendiri. 
Saya menulis posting ini bukan untuk menghakimi siapapun. No offense, really. Bukan bermaksud menggurui apalagi sok suci. Saya mengakui selama ini keinginan untuk memperoleh nilai tinggi sempat membutakan akal sehat saya. 

Lalu kenyataan bahwa kurang dari setengah tahun lagi saya dan teman-teman seangkatan akan menghadapi ujian akhir seolah menjadi wake up call. Membuat saya akhirnya berani mengatakan pada diri saya sendiri "Saya tidak mau menyontek lagi". Dengan mantap, dengan tekad bulat. Semua semata demi diri saya sendiri. Bukan untuk orangtua saya, guru saya, atau siapapun yang pernah menasehati saya untuk tidak menyontek. 

Mulai sekarang, ayo jadi generasi muda yang percaya dengan kemampuan diri sendiri. Buang jauh-jauh pemikiran "Nggak ketauan ini" dan pikiran-pikiran lainnya yang akan menggoda kita untuk menyontek. Karena percaya deh, menyontek cuma akan membodohi diri sendiri. Untuk apa memperoleh nilai bagus tapi tidak ada ilmu yang kita dapatkan?

Picture : flickr.com