“In life, you’ll meet two kinds of people. The ones who build you up and
the ones who tear you down. In the end, you’ll thank them both.”
Segala sesuatu yang terjadi di dunia ini selalu memiliki dua sisi yang
berlawanan. Saya percaya itu. Seperti vice versa, yin & yang,
dua sisi mata uang, kutub utara dan kutub selatan, etc.
Termasuk juga orang-orang yang datang dan pergi, masuk dan keluar dari
kehidupan kita.
Ada yang menyukai kita, ada pula yang membenci kita.
Ada yang menyanjung kita, ada pula yang menghujat kita. Ada yang memberikan
dampak positif bagi kita, ada pula yang memberikan dampak negatif. Ada yang
membuat kita tertawa bahagia, ada pula yang membuat kita sedih dan menangis.
Akan terus seperti itu, karena memang begitulah
kehidupan. Kita tidak bisa membuat semua orang menyukai kita. Apa yang menurut
si A merupakan kelebihan kita, bisa jadi menurut si B malah merupakan kelemahan
kita.
Namun di balik itu semua, pada akhirnya setiap orang
yang menyukai maupun membenci kita, akan menyumbangkan kontribusi penting bagi
kita. Setiap orang yang menyanjung maupun menghujat kita, memiliki peranan
masing-masing dalam perjalanan hidup kita. Setiap orang yang memberi dampak
positif maupun negatif kepada kita, sama-sama layak mendapatkan ucapan terima
kasih dari kita.
Orang-orang yang menyanyangi kita dengan tulus,
membuat kita tidak berhenti bersyukur. Membuat kita mampu bertahan menghadapi
hujatan atau kebencian dari orang di kubu yang berlawanan. Orang-orang yang
membawa dampak negatif sekalipun, membuat kita bisa belajar untuk membedakan
mana yang baik dan mana yang tidak. Bisa membuat kita menyadari adanya pilihan
dan konsekuensi di balik pilihan tersebut. Orang yang membuat kita menangis
atau sakit hati, bisa membuat kita semakin kuat dan ‘tahan banting’.
Jadi, jangan pernah merasa terganggu apalagi sampai
depresi memikirkan berapa banyak orang yang membenci kita. Bahkan orang terbaik
di dunia sekalipun, akan ada saja yang membenci. Begitu pula dengan orang
terjahat di dunia, tetap saja ada minimal satu orang yang menyayanginya dengan
tulus.
Selama orang yang menyukai kita jumlahnya jauh lebih
banyak dibandingkan orang yang membenci kita, menandakan bahwa kita masih
berada di jalur yang benar. Lebih baik memfokuskan pikiran kita kepada
orang-orang yang menyayangi kita itu, daripada memenuhinya dengan ketakutan
terhadap orang-orang yang membenci kita. Mereka punya hak untuk membenci kita.
Itu semua urusan mereka, sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan kita.
Sebaliknya, selalu ingat untuk bersyukur dan mengubah segala hal negatif
dalam hidup kita, menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat. Omongan
para haters itu justru seharusnya bisa kita jadikan motivasi.
Kalau mereka mengatai kita bodoh, kita jangan malah ikut berpikir bahwa
kita bodoh dan menjadi rendah diri apalagi terintimidasi karenanya. Justru
waktunya kita untuk berusaha sebaik mungkin, agar suatu saat kita bisa
menunjukkan kepada mereka bahwa kita tidak bodoh. Bahwa mereka tidak punya
alasan untuk men-judge kita seenaknya. Bahwa tuduhan mereka itu
salah besar. Tentunya hal tersebut baru bisa terwujud apabila kita mau terus
belajar dan tidak membiarkan kata-kata orang lain menghentikan kita untuk
bertransformasi menjadi pribadi yang lebih baik.
Picture :
cruel-kid.blogspot.com