29 January 2013

Lingkaran Setan



“Aku tidak akan mengatakan aku tidak bisa hidup tanpamu, karena kenyataannya tidak seperti itu. Aku bisa hidup tanpamu, hanya saja aku tidak mau.”

“Kau harus bisa, juga harus mau.”

“Kenapa? Beri aku satu alasan yang masuk akal.”

“Karena kau tidak boleh mencintaiku.”

“Tidak ada manusia yang tidak boleh mencintai siapapun. Dan tidak ada manusia yang tidak boleh dicintai oleh siapapun.”

“Karena kita terlalu berbeda.

“Kamu manusia, aku pun demikian. Kita sama-sama melihat dengan sepasang mata. Mendengar dengan sepasang telinga. Membaui dengan sebuah hidung. Berbicara dengan sebuah mulut. Menggenggam dengan sepasang tangan. Berdiri dengan sepasang kaki.”

“Tapi kau mencintai dengan hati, sedang aku mencintai dengan otak.”

“Mencintai memang tidak melulu menggunakan hati. Otak juga harus ikut ambil bagian.”

“Tidakkah kau mengerti? Aku mencintaimu hanya dengan otakku. Otak yang dipenuhi pikiran tamak. Dan aku benci diriku yang seperti itu.”

“Kalau begitu, aku akan melepaskan predikatku. Juga meninggalkan seluruh hartaku. Supaya kau tidak perlu membenci dirimu yang mencintaiku dengan otak dipenuhi pikiran tamak.”

“Memang, jika kau melepaskan predikatmu dan meninggalkan seluruh hartamu, aku tidak akan membenci diriku. Karena aku juga tidak lagi mencintaimu. Bahkan dengan otak dipenuhi pikiran tamak sekalipun.”

“Kau...”

“Lihat, sejak awal sudah kukatakan, kau tidak boleh mencintaiku. Sekarang kau sudah mengerti, bukan?”

“Tidak. Aku tidak mau mengerti. Aku tidak akan melepaskan predikatku dan meninggalkan hartaku. Jadi, tetaplah mencintaiku dengan otak yang dipenuhi pikiran tamak. Biar kau dan aku sama-sama menderita dalam lingkaran setan berlabel cinta ini.”

*) Terinspirasi dari cerita drama Korea berjudul Cheongdam-dong Alice

Picture : nduknha.blogspot.com

27 January 2013

Smile is not a Happy Sign




Saya punya seorang teman yang terlihat sangat percaya diri, selalu menjadi ‘pusat’ dari setiap gelak tawa yang keluar saat kami sedang berkumpul, sekaligus yang dilabeli ‘sangar’ oleh adik kelas. Seolah ia terlahir untuk menjadi penyemarak suasana dan penarik perhatian dalam kumpulan kami.

Orang bilang, kepribadian seseorang sekarang ini justru bisa dilihat dari tweet atau status mereka di social media lain (e.g Facebook, Blackberry Messenger, Line, etc). Kalau benar seperti itu, berarti di balik perawakan teman saya yang sepertinya tanpa beban—tertawa dan melucu, meluapkan emosi dan temperamen—semua itu hanya kedok belaka. Karena nyatanya ia seperti berubah 180 derajat saat tidak sedang bersama saya dan teman-teman lain. Hilang sudah semua banyolannya, digantikan dengan untaian kata kepedihan. Sosoknya yang penuh percaya diri musnah ditelah pemikiran insecure-nya.

Selama ini saya selalu percaya bahwa ada dua kelompok orang bahagia di dunia ini. Yang pertama adalah kelompok orang yang tersenyum dan tertawa karena benar-benar bahagia. Yang lainnya tersenyum juga tertawa hanya untuk melindungi dirinya dari pertanyaan orang lain. Mencegah orang lain menemukan kondisinya yang sebenarnya.

Mereka pikir, orang-orang akan berheti menanyakan keadaan mereka jikalau mereka menyodorkan senyum sebagai jawabannya. Mereka pikir bisa diperlakukan berbeda dengan menunjukkan citra bahagia dalam diri mereka.

Saya juga terkadang seperti itu. Mengatakan ‘baik-baik saja’ padahal kenyataannya sangat jauh dari baik-baik saja. Karena kata itu adalah jawaban paling praktis. Menghentikan pertanyaan lebih lanjut, mencegah keharusan untuk menceritakan yang sebenarnya sambil mengorek luka yang belum sepenuhnya kering. Juga tersenyum padahal sebenarnya bibir ini terasa kaku untuk digerakkan. Karena senyuman sekali lagi adalah alat ampuh untuk menunjukkan pada dunia bahwa kita bisa bahagia dan tidak perlu dikasihani.


Jadi, jangan tertipu dengan wajah cerah ceria ala badut festival. Kita tidak tahu bagaimana ekspresi manusia di balik pakaian dan riasannya. Bisa saja ia sedang menangis di kala menjalankan tugas sebagai penghibur. Yang dilihat publik hanyalah apa yang mereka inginkan untuk dilihat.

Senyuman tidak selalu menjadi pertanda kebahagiaan. Sama saja, air mata tidak selalu melambangkan kesedihan. Ada senyum yang penuh kepahitan di baliknya. Pun air mata yang tumpah karena perasaan terlalu bahagia.

Picture : Twitter | searchquotes.com

22 January 2013

When Life Hits You



Siapa yang pernah membayangkan bahwa adegan indah menonton TV dan berkumpul bersama keluarga di malam harinya, lenyap begitu saja keesokan harinya disapu banjir yang memporak-porandakan ibukota Jakarta? Atau adegan manis liburan bersama teman yang keesokan harinya berganti dengan guncangan dahsyat gempat bumi?

Segala sesuatu di dunia ini sifatnya fana. Begitu pula dengan kebahagiaan dan kesedihan. Kebaikan dan keburukan. Kenyamanan dan kesusahan.

Selama kita masih diberkahi dengan hal-hal baik, nikmatilah dan jangan lupa untuk terus bersyukur. Saat kesusahan pun, tetaplah bersyukur karena sesusah apapun situasi yang kita hadapi, percayalah hal tersebut tidak akan berlangsung lama. Bahwa akan ada akhir dalam setiap badai‒yang terparah sekalipun. Bahwa Tuhan sedang menyiapkan skenario yang lebih indah bagi perjalanan hidup kita.

Jangan melulu membandingkan situasi yang harus kita hadapi dengan situasi orang lain yang lebih baik. Sebaliknya, ingatlah bahwa masih banyak yang mengalami situasi lebih berat dari kita. Dengan cara itu lah kita bisa berkali-kali lipat merasa terberkati.

“Everything in life is temporary. So if things are going good, enjoy it because it won’t last forever. And if things are going bad, don’t worry. It can’t last forever either.”

Picture : pieceofyouinsideofme.tumblr.com

20 January 2013

Just Simply Adore Her



Today is the 20th Anniversary of Audrey Hepburn's death.

Audrey Hepburn was born Audrey Kathleen Ruston on 4 May 1929 at number 48 Rue Keyenveld in Ixelles, a municipality in Brussels, Belgium. On the evening of 20 January 1993, at her home in Tolochenaz, Vaud, Switzerland, Hepburn died in her sleep of appendiceal cancer. Her legacy as an actress and a personality has endured long after her death. 

Best movies of hers:
Roman Holiday (1953)
Sabrina (1954)
The Nun's Story (1959)
Breakfast at Tiffany's (1961)
My Fair Lady (1964)

QUOTES:

“Happy girls are the prettiest.” 

“Nothing is impossible, the word itself says 'I'm possible'!” 

“Laugh. It cures a multitude of ills. It's probably the most important thing in a person.” 

“The most important thing is to enjoy your life—to be happy—it's all that matters.”

“The beauty of a woman is not in the clothes she wears, the figure that she carries, or the way she combs her hair. The beauty of a woman is seen in her eyes, because that is the doorway to her heart, the place where love resides. True beauty in a woman is reflected in her soul. It's the caring that she lovingly gives, the passion that she shows & the beauty of a woman only grows with passing years.” 

“Your heart just breaks, that's all. But you can't judge or point fingers. You just have to be lucky enough to find someone who appreciates you.” 

“You can tell more about a person by what he says about others than you can by what others say about him.” 

“The beauty of a woman is not in a facial mole, but true beauty in a woman is reflected in her soul. It is the caring that she lovingly gives, the passion that she knows.” 

“Why change? Everyone has his own style. When you have found it, you should stick to it.” 

“Opportunities don't often come along. So, when they do, you have to grab them.” 

“Make-up can only make you look pretty on the outside but it doesn't help if your ugly on the inside. Unless you eat the make-up.” 

“True friends are families which you can select.” 

“If my world were to cave in tomorrow, I would look back on all the pleasures, excitements and worthwhilenesses I have been lucky enough to have had. Not the sadness, not my miscarriages, but the joy of everything else. It will have been enough.” 

“I tried always to do better: saw always a little further. I tried to stretch myself.” 

“Good things aren't supposed to just fall into your lap. God is very generous, but He expects you to do your part first.” 

“As you grow older, you will discover that you have two hands, one for helping yourself, the other for helping others.” 

“For beautiful eyes, look for the good in others; for beautiful lips, speak only words of kindness; and for poise, walk with the knowledge that you are never alone.”

Picture : fanpop.com | possumsal.com | frontrowreviews.co.uk | imgfave.com | pinterest.com 

16 January 2013

No More 'Stupid in Love'



Baru-baru ini peneliti menemukan bahwa ketika seseorang jatuh cinta, aktivitas otak di bagian frontal cortex yang berfungsi saat melakukan penilaian, tidak berfungsi. Yang artinya, kita susah melihat sisi buruk dari orang yang sedang kita cintai. Semua tindakannya terasa baik-baik saja. Gara-gara frontal cortex yang lagi mogok kerja inilah, yang menyebabkan kita bersedia melakukan sesuatu (bahkan apa pun) atas nama cinta.
Sumber: Rubrik Hi Girls majalah kaWanku #140 oleh Trinzi Mulamawitri

Sahabat saya termasuk salah satu contoh konkritnya. (Luckily) dia akhirnya sadar dan sekarang sudah putus dari cowoknya yang kurang ajarnya ampun-ampunan itu. Selama pacaran, dia sering dikatai bego, idiot, didorong sampai jatuh, ditinggal pulang saat cowok itu sedang ngambek, bahkan sampai mengatai agama sahabat saya.

Sejak pertama kali sahabat saya curhat mengenai perlakukan mantannya itu, saya selalu menyuruhnya berpikir baik-baik, apakah cowok seperti itu pantas dan layak dipertahankan. Berkali-kali pengin menyuruh dia untuk putus (termasuk geregetan mau memberi ‘pelajaran’ buat si cowok yang satu kampus dengan saya), tapi saya bukan orangtuanya. Saya masih sadar kapasitas saya sebagai sahabat hanya sebatas menasihati dan 'menyadarkannya'.

Sampai akhirnya hampir setahun kemudian, (thank God) dia bisa berpikir jernih dan membuat keputusan untuk berpisah.

Jatuh cinta itu sama sekali bukan kesalahan. Semua manusia di dunia ini berhak mencintai dan dicintai. Cinta adalah salah satu anugerah terindah dari milyaran kebaikan Tuhan di dunia. Tapi bukan berarti kita diperbudak oleh cinta.
Setiap orang punya caranya masing-masing ketika sudah berhadapan dengan cinta. Ada yang memilih memberikan cintanya 100 persen. Namun ada pula yang memberikan hanya 80 persen, dan sisanya berada dalam zona netral, di mana rasio tetap dipertahankan.
Ada yang rela-rela saja melakukan apa pun‒bahkan saat apa pun itu termasuk mengorbankan diri mereka sendiri‒demi orang yang dicintainya. Rasanya kok rasa cinta saya terhadap diri sendiri masih cukup besar sampai tidak ingin menyakiti atau mengorbankan diri demi seorang cewek. Mungkin terdengar egois, tapi kalau bukan kita yang menjaga diri kita sendiri, lantas siapa? Orangtua, kakak/adik, teman, dan manusia lainnya kan tidak mungkin menjaga kita 24/7.
Percayalah, di saat seorang cowok mengatakan, “Katanya kamu sayang sama aku. Kalau gitu, berarti kamu pasti mau...” (isilah titik-titik tersebut dengan berbagai jenis permintaan), itu adalah ciri-ciri cowok itu tidak layak untuk dipertahankan, apalagi diperjuangkan. Cowok yang baik, di saat mereka tahu kalau kita mencintainya, mereka tidak akan menyuruh kita melakukan apa pun demi cinta kita padanya. Mereka justru akan menjaga bagaimana supaya rasa cinta kita tetap bertahan bahkan semakin besar padanya, dengan cara-cara yang baik dan positif.
Cinta memang buta, tapi jangan sampai kita dibutakan oleh cinta.

Cinta memang bisa membuat seseorang jadi bodoh, tapi jangan sampai kita dibodohi oleh cinta.

Apalagi kalau yang sudah sampai melakukan kekerasan, baik secara fisik, mental, seksual, verbal, ekonomi (you know, kayak minta dibeliin dan dibayarin ini-itu), dll. Itu sih, nggak perlu pikir-pikir segala. Langsung saja minta putus. Karena menurut psikolog, kalau seseorang pernah melakukan kekerasan terhadap pasangannya, sangat tidak mungkin perbuatan yang sama akan terulang di kemudian hari. Jadi lebih baik berpisah saat terjadi kekerasan pertama kali, karena jelas, orang-orang seperti itu sama sekali tidak pantas diberikan kesempatan kedua.
Kekerasan dalam sebuah hubungan punya siklus klise. Setelah terjadi kekerasan, si pelaku langsung minta maaf, mengaku bersalah dan menyesal, blablabla. Karena nggak tega, akhirnya korban menerima permintaan maaf, dan hubungan kembali rukun. Baru deh, setelah beberapa lama berlanjut dengan konflik lain yang ujung-ujungnya berakhir dengan kekerasan berikutnya. Yang namanya siklus, tentu saja bisa terjadi berulang-ulang.
Sekarang bukan lagi zamannya cewek diam saja dan cenderung nurut diperlakukan dengan tidak baik oleh pasangan. Jangan biarkan cinta menyeret kita ke dalam zona cinta buta. Kalau memang mau pacaran, pacaran lah dengan sehat. Libatkan logika dan rasio, jangan lagi terbuai dengan dua kata basi “Demi cinta”.


Come on! It’s soooo last year. Harusnya kita mengganti mindset kita dengan kalimat ini:


p.s : Please lupakan soal hubungan Rihanna dan Chris Brown yang drama banget bahkan menyaingi sinetron di berbagai stasiun TV Indonesia, karena bukan sesuatu yang perlu ditiru sama sekali, dan tidak ada hubungannya dengan posting ini (kecuali judulnya yang terinspirasi dari judul lagu penyanyi asal Barbados itu).

Pictures: facebook.com | wordsoverpixels.com | naylaa.com

01 January 2013

New Beginning, New Hopes, New Dreams



"And as you all can see, the ball has stopped half way to its perch. It's suspended there to remind us before we pop the champagne and celebrate the new year, to stop, and reflect on the year that has gone by. To remember both our triumphs and our missteps, our promises made and broken, the times we opened ourselves up to great adventures... or closed ourselves down for fear of getting hurt. Because that's what new year's all about. Getting another chance, a chance to forgive. To do better, to do more, to give more, to love more, and to stop worrying about what if... and start embracing what will be. So when that ball drops at midnight, and it will drop, let's remember to be nice to each other, kind to each other. And not just tonight but all year long." (from the movie New Years Eve, 2012)

WELCOME 2013! PLEASE SURPRISE ME :)

Picture : acewallpaper.wordpress.com