26 August 2014

Learning Process


Semua manusia di dunia ini akan terus belajar selama hidupnya. Sama halnya dengan bernapas, makan dan minum, serta tidur. Konteks belajar yang saya maksud bukan belajar formal dengan duduk manis di dalam kelas, namun belajar dalam konteks luas. Proses belajar yang tidak terikat waktu maupun jadwal, dengan guru bisa berupa apa sajasiapa saja.

Kalau disuruh menceritakan apa saja yang saya pelajari setiap harinya, mungkin saya bisa sekalian menulis novel. Because there’s a bunch of it. Mulai dari orangtua, teman-teman, bahkan dari orang asing yang saya temui di jalan. Karenanya, jauh lebih mudah apabila saya menceritakan hal apa yang dipelajari teman saya dari saya.

Saat sedang mengobrol dengan seorang teman, tiba-tiba dia menyeletuk, “Lo tahu nggak, Ve, ada satu hal penting yang gue pelajari sejak temenan sama lo.” Melihat sebelah alis saya terangkatbingung karena celetukannya yang sangat random—dia pun melanjutkan, “Gue jadi sadar kalau gue nggak seharusnya belajar terlalu ngotot pas musim ujian. Kayak yang lo bilang, belajar memang harus, tapi refreshing juga penting,” tutupnya dengan senyum, yang langsung menulari saya.

Saya mengerti maksudnya. Satu hal penting yang ‘katanya’ dipelajari dari saya itu memang sudah menjadi semacam motto hidup saya sejak SD.

Mungkin cara belajar ini tidak bisa dipraktekkan oleh semua orang, karena setiap orang memiliki cara belajarnya masing-masing, serta kemampuan belajar yang berbeda-beda. Biasanya yang saya lakukan saat musim ujian datang adalah menyeimbangkan waktu antara belajar dan bersenang-senang. Saya bukan tipe orang yang bisa belajar berjam-jam nonstop. Memelototi berbagai rumus, membaca materi, maupun mengerjakan soal-soal latihan selama dua jam merupakan limit saya. Lebih dari itu, yang ada saya berakhir dengan pose salah satu sisi wajah menempel ke meja sambil tidur-tiduran atau mencoret-coret kertas. Atau kalaupun tubuh saya tetap dalam posisi belajar, pikiran saya sudah melanglang buana ke mana-mana.

Didasari hal tersebut, saya mulai berpikir, “Gue nggak bisa terus-terusan belajar dengan cara kayak gini.” Kemudian lahirlah ide untuk mengistirahatkan tubuh dan otak saya sejenak. Caranya bisa bermacam-macam, yang intinya: lakukan apapun yang kita sukai. Nonton, main games, baca novel/komik, etc. Tapi tahu diri juga, jangan sampai kebablasan. Meski rasanya pasti malas untuk kembali mulai menyentuh buku pelajaran, tapi kita harus mengikuti komitmen yang telah kita buat dengan diri kita sendiri.

Tidak jarang saya mendapat tatapan penuh tuduhan ‘Ini-kan-lagi-musim-ujian-kok-lo-bisa-bisanya-pergi-nonton’ dari teman-teman saya yang terlalu strict dengan peraturan yang mereka buat sendiri mengenai ‘standby belajar seharian, hanya boleh take a break untuk mandi-makan-tidur’. Tapi kembali lagi, setiap orang punya cara masing-masing dalam belajar. Saya malah merasa bisa lebih cepat menyerap materi ujian dengan belajar ala saya tersebut. Ujian dapat nilai bagus, jauh dari stres, dan hatipun senang he he he.


Saya tidak menyangka, gaya belajar saya itu bisa ikut diadopsi oleh teman saya. Lebih tidak menyangka lagi, teman saya itu menganggapnya sebagai hal penting yang dia pelajari dari saya. Meskipun terdengar sepele, tapi saya tetap senang karena bisa menginspirasi orang lain. Apalagi kalau gaya belajar saya itu bisa membuatnya belajar dengan lebih efektif dan efisien.

Picture: flickr.com