Semua
manusia di dunia ini akan terus belajar selama hidupnya. Sama halnya dengan
bernapas, makan dan minum, serta tidur. Konteks belajar yang saya maksud bukan
belajar formal dengan duduk manis di dalam kelas, namun belajar dalam konteks
luas. Proses belajar yang tidak terikat waktu maupun jadwal, dengan guru bisa
berupa apa saja—siapa saja.
Kalau
disuruh menceritakan apa saja yang saya pelajari setiap harinya, mungkin saya
bisa sekalian menulis novel. Because
there’s a bunch of it. Mulai dari orangtua, teman-teman, bahkan dari orang
asing yang saya temui di jalan. Karenanya, jauh lebih mudah apabila saya
menceritakan hal apa yang dipelajari teman saya dari saya.
Saat sedang
mengobrol dengan seorang teman, tiba-tiba dia menyeletuk, “Lo tahu nggak, Ve,
ada satu hal penting yang gue pelajari sejak temenan sama lo.” Melihat sebelah
alis saya terangkat—bingung karena celetukannya yang
sangat random—dia pun melanjutkan, “Gue jadi sadar kalau gue nggak seharusnya belajar
terlalu ngotot pas musim ujian. Kayak yang lo bilang, belajar memang harus,
tapi refreshing juga penting,”
tutupnya dengan senyum, yang langsung menulari saya.
Saya mengerti
maksudnya. Satu hal penting yang ‘katanya’ dipelajari dari saya itu memang
sudah menjadi semacam motto hidup
saya sejak SD.
Mungkin cara belajar
ini tidak bisa dipraktekkan oleh semua orang, karena setiap orang memiliki cara
belajarnya masing-masing, serta kemampuan belajar yang berbeda-beda. Biasanya yang
saya lakukan saat musim ujian datang adalah menyeimbangkan waktu antara belajar
dan bersenang-senang. Saya bukan tipe orang yang bisa belajar berjam-jam
nonstop. Memelototi berbagai rumus, membaca materi, maupun mengerjakan
soal-soal latihan selama dua jam merupakan limit
saya. Lebih dari itu, yang ada saya berakhir dengan pose salah satu sisi wajah menempel
ke meja sambil tidur-tiduran atau mencoret-coret kertas. Atau kalaupun tubuh
saya tetap dalam posisi belajar, pikiran saya sudah melanglang buana ke
mana-mana.
Didasari hal tersebut,
saya mulai berpikir, “Gue nggak bisa terus-terusan belajar dengan cara kayak
gini.” Kemudian lahirlah ide untuk mengistirahatkan tubuh dan otak saya
sejenak. Caranya bisa bermacam-macam, yang intinya: lakukan apapun yang kita
sukai. Nonton, main games, baca
novel/komik, etc. Tapi tahu diri
juga, jangan sampai kebablasan. Meski rasanya pasti malas untuk kembali mulai
menyentuh buku pelajaran, tapi kita harus mengikuti komitmen yang telah kita
buat dengan diri kita sendiri.
Tidak jarang saya
mendapat tatapan penuh tuduhan ‘Ini-kan-lagi-musim-ujian-kok-lo-bisa-bisanya-pergi-nonton’
dari teman-teman saya yang terlalu strict
dengan peraturan yang mereka buat sendiri mengenai ‘standby belajar seharian, hanya boleh take a break untuk mandi-makan-tidur’. Tapi kembali lagi, setiap
orang punya cara masing-masing dalam belajar. Saya malah merasa bisa lebih
cepat menyerap materi ujian dengan belajar ala saya tersebut. Ujian dapat nilai
bagus, jauh dari stres, dan hatipun senang he he he.
Saya tidak menyangka,
gaya belajar saya itu bisa ikut diadopsi oleh teman saya. Lebih tidak menyangka
lagi, teman saya itu menganggapnya sebagai hal penting yang dia pelajari dari
saya. Meskipun terdengar sepele, tapi saya tetap senang karena bisa
menginspirasi orang lain. Apalagi kalau gaya belajar saya itu bisa membuatnya
belajar dengan lebih efektif dan efisien.
Picture: flickr.com