17 February 2011

Masa Bakti yang Telah Usai



Rasanya aneh harus meninggalkan status sebagai anggota OSIS.
Seperti ketika kamu terbiasa minum kopi setiap pagi, lalu kemudian tiba-tiba dipaksa untuk tidak minum kopi lagi.
Dua tahun selama duduk di bangku SMA saya menjadi bagian dari OSIS. Dua angkatan telah berhasil dilalui.
Puluhan rapat.
Jam-jam yang tersita untuk mengurus berbagai acara, baik jam pelajaran, istirahat, bahkan terpaksa pulang malam.
Tetesan keringat dan perjuangan.
Berbagai masalah datang silih berganti, mengajarkan saya bagaimana harus bertindak dan berperilaku.
Menyadarkan bahwa segala sesuatu bisa terselesaikan dengan baik selama dikerjakan bersama-sama tanpa banyak mengeluh.
Membuktikan kalau menyatukan beberapa kepala itu bukanlah pekerjaan mudah, tapi masih bisa dilakukan. Dibutuhkan komunikasi yang lancar, rasa toleransi-simpati-empati, jiwa besar, dan berbagai hal lain yang mungkin akan terdengar seperti saat kamu membaca buku Kewarganegaraan. Tapi semua sifat itu memang sangat dibutuhkan dalam kehidupan nyata ini, bukan?
Dua angkatan yang berbeda. Cara kerja, sistem kekerabatan, dan program berbeda. Tapi kedua angkatan ini sama-sama memiliki tujuan serupa. Memajukan sekolah pastinya.
Dari OSIS lah saya mendapatkan sahabat-sahabat yang sangat luar biasa. Dari OSIS lah saya mendapat banyak sekali pelajaran berharga dalam kehidupan ini. Dari OSIS lah mental dan kepribadian saya menjadi semakin terbentuk. Dari OSIS lah kreatifitas saya semakin diasah. Dari OSIS juga lah saya belajar berbagi, menerima & memberi, memahami, bertanggung jawab.
Saat berbagai cercaan dan hinaan datang silih berganti untuk acara yang dibuat, untuk keteladan mematuhi berbagai peraturan sekolah, untuk menjadi 'sedikit lebih menonjol'. Awalnya mungkin menyakitkan, tapi saya yakin, pelajaran dan pengalaman yang saya dapatkan jauh lebih berharga daripada semuanya itu.
Pada akhirnya saat itu akan tiba juga. Bangku sekolah menengah sebentar lagi ditinggalkan. Regenerasi selalu terjadi dan tidak dapat dihindari sama halnya dengan menjadi tua. Semua harus berjalan sesuai dengan ritme dan tuntutan waktu.
Dan sampailah saya pada saat di mana hanya bisa merindukan dan mengenang. Semua hal yang dulu terasa menyusahkan, membosankan, bahkan memuakkan, kini malah dikenang dalam senyuman. Kini malah dirindukan.
Maka saya akan sangat setuju dengan pendapat bahwa manusia baru bisa merasakan betapa berharganya sesuatu saat sesuatu itu diambil dari padanya.
Tapi saya tidak pernah menyesal. Dua tahun ini sangat berkesan. Dengan segala tawa, lelah, keringat, air mata. Dengan berbagai pujian, nasehat, dan cemoohan. Semuanya menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari perjalanan hidup saya. Dan saya yakin, tidak ada yang perlu disesali. Bahkan semuanya menjadi sebuah bekal bagi langkah saya selanjutnya.

Picture : private collection

No comments:

Post a Comment