Rasanya aneh harus meninggalkan status sebagai anggota OSIS.
Seperti ketika kamu
terbiasa minum kopi setiap pagi, lalu kemudian tiba-tiba dipaksa untuk tidak
minum kopi lagi.
Dua tahun selama duduk
di bangku SMA saya menjadi bagian dari OSIS. Dua angkatan telah berhasil
dilalui.
Puluhan rapat.
Jam-jam yang tersita
untuk mengurus berbagai acara, baik jam pelajaran, istirahat, bahkan terpaksa
pulang malam.
Tetesan keringat dan
perjuangan.
Berbagai masalah
datang silih berganti, mengajarkan saya bagaimana harus bertindak dan
berperilaku.
Menyadarkan bahwa
segala sesuatu bisa terselesaikan dengan baik selama dikerjakan bersama-sama
tanpa banyak mengeluh.
Membuktikan kalau
menyatukan beberapa kepala itu bukanlah pekerjaan mudah, tapi masih bisa
dilakukan. Dibutuhkan komunikasi yang lancar, rasa toleransi-simpati-empati,
jiwa besar, dan berbagai hal lain yang mungkin akan terdengar seperti saat kamu
membaca buku Kewarganegaraan. Tapi semua sifat itu memang sangat dibutuhkan
dalam kehidupan nyata ini, bukan?
Dua angkatan yang
berbeda. Cara kerja, sistem kekerabatan, dan program berbeda. Tapi kedua
angkatan ini sama-sama memiliki tujuan serupa. Memajukan sekolah pastinya.
Dari OSIS lah saya
mendapatkan sahabat-sahabat yang sangat luar biasa. Dari OSIS lah saya mendapat
banyak sekali pelajaran berharga dalam kehidupan ini. Dari OSIS lah mental dan
kepribadian saya menjadi semakin terbentuk. Dari OSIS lah kreatifitas saya
semakin diasah. Dari OSIS juga lah saya belajar berbagi, menerima &
memberi, memahami, bertanggung jawab.
Saat berbagai cercaan
dan hinaan datang silih berganti untuk acara yang dibuat, untuk keteladan
mematuhi berbagai peraturan sekolah, untuk menjadi 'sedikit lebih menonjol'.
Awalnya mungkin menyakitkan, tapi saya yakin, pelajaran dan pengalaman yang saya
dapatkan jauh lebih berharga daripada semuanya itu.
Pada akhirnya saat itu
akan tiba juga. Bangku sekolah menengah sebentar lagi ditinggalkan. Regenerasi
selalu terjadi dan tidak dapat dihindari sama halnya dengan menjadi tua. Semua
harus berjalan sesuai dengan ritme dan tuntutan waktu.
Dan sampailah saya
pada saat di mana hanya bisa merindukan dan mengenang. Semua hal yang dulu
terasa menyusahkan, membosankan, bahkan memuakkan, kini malah dikenang dalam
senyuman. Kini malah dirindukan.
Maka saya akan sangat
setuju dengan pendapat bahwa manusia baru bisa merasakan betapa berharganya
sesuatu saat sesuatu itu diambil dari padanya.
Tapi saya tidak pernah menyesal. Dua tahun ini sangat
berkesan. Dengan segala tawa, lelah, keringat, air mata. Dengan berbagai
pujian, nasehat, dan cemoohan. Semuanya menjadi satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dari perjalanan hidup saya. Dan saya yakin, tidak ada yang perlu
disesali. Bahkan semuanya menjadi sebuah bekal bagi langkah saya selanjutnya.
Picture : private collection
No comments:
Post a Comment