02 April 2011

World Autism Awareness Day



Dalam 20 tahun terakhir, jumlah penderita autisme semakin meningkat. Tentunya hal ini perlu mendapat perhatian lebih dari kita semua. Karenanya, beberapa tahun belakangan, ditetapkanlah tanggal 2 April sebagai Hari Peduli Autisme Sedunia.

Di Indonesia sendiri, penderita autisme jumlahnya mencapai kisaran satu juta.
FYI, autisme bukanlah penyakit. Harap dicatat, autisme BUKAN penyakit. Jadi, sama sekali tidak ada alasan untuk kita sebagai manusia normal menjauhi para penderita autisme karena autisme sama sekali TIDAK MENULAR.
Autisme adalah gangguan neurologis yang mempengaruhi fungsi normal otak manusia dalam melakukan interaksi sosial dan komunikasi.
Menurut Autism Society of America, orang autis biasanya menunjukkan kesulitan berkomunikasi secara verbal dan nonverbal, serta sulit berinteraksi dan beraktivitas sosial. Autisme muncul sejak tiga tahun pertama kehidupan.
Autisme bisa disebabkan tiga hal, yaitu faktor genetis, kromosom, dan lingkungan yang memengaruhi anak mulai dari kandungan sampai anak itu lahir.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tubuh anak autis, ditemukan logam berat yang jumlahnya bisa 100 kali lipat dari ambang batas normal.
Tubuh manusia dirancang untuk menyaring kelebihan logam berat dan mengeluarkannya dari dalam tubuh. Tetapi sistem tubuh orang autis rupanya tidak dapat mengeluarkan logam berat dan malah menyesuaikan dengan kelebihan tersebut.
Bahkan saat lahir, bayi sudah punya kandungan logam berat yang berasal dari ibunya. Logam tersebut bisa bertambah karena paparan bahan-bahan yang ada di alam, misalnya makanan. Ikan yang mengandung banyak merkuri, contohnya. Selain itu, ada juga pencemaran aluminium yang berasal dari peralatan masak, sedangkan kadar timbal dan logam berat lain bisa masuk ke dalam tubuh karena pencemaran udara. Mainan anak-anak juga dapat menjadi tidak aman karena bisa mengandung logam.
Salah satu tindakan yang biasanya memberatkan tingkat autisme adalah vaksinasi. Sering dijumpai kasus anak-anak yang mulai menunjukkan gejala autisme setelah diimunisasi. Rupanya ada beberapa vaksin yang masih mengandung logam berat. Vaksinasi kemudian menjadi pemicu gejala autisme pada anak karena tingkat logam berat yang meningkat drastis, melebihi ambang batas yang dapat ditoleransi. Dalam hal ini anak laki-laki lebih rentan terpicu autisme akibat vaksinasi dibanding anak perempuan.
Namun bukan berarti vaksinasi menjadi sesuatu yang patut dihindari. Vaksinasi tetap diperlukan untuk meningkatkan imunitas anak. Namun, sebagai pencegahan, jangan pernah melakukan vaksinasi secara bersamaan. Pastikan anak diimunisasi dengan vaksin yang bebas logam. Setelah divaksinasi, perhatikan apakah ada perubahan pada tingkah laku anak. Jika ada, segera kontak dokter dan hentikan vaksinasi. Meski tak terjadi apa-apa, tunggulah tiga bulan untuk melakukan vaksinasi berikutnya. Beban berlebihan pada sistem anak akan merusak sistem imunnya.
Kita semua perlu tau setidaknya sedikit informasi dasar mengenai autisme. Karena dengan mengetahui informasi tersebut, kita bisa sedikit menaruh rasa simpati kepada para penderita autis. Di samping itu, kita juga bisa menghindari kemungkinan-kemungkinan autisme pada orang-orang yang kita cintai.
Hari Peduli Autisme Sedunia ini dimaksudkan agar kita sebagai orang yang lebih beruntung dari saudara-saudara kita yang menderita autisme, bisa memberi dukungan kepada mereka, bukannya malah mengucilkan apalagi mengolok-olok. Seandainya saja mereka bisa memilih, mereka juga pasti tidak menghendaki gangguan tersebut ada dalam neuron otak mereka.
Mereka juga sama seperti kita, manusia yang perlu mendapat apresiasi dan penghargaan yang semestinya. Siapa sangka, dengan kekurangan mereka tersebut, mereka justru dapat menghasilkan karya yang lebih daripada kita?
Picture : helpyourautisticchildblog.com

No comments:

Post a Comment