Dalam 20 tahun terakhir, jumlah penderita autisme semakin meningkat. Tentunya hal ini
perlu mendapat perhatian lebih dari kita semua. Karenanya, beberapa tahun
belakangan, ditetapkanlah tanggal 2 April sebagai Hari Peduli Autisme Sedunia.
Di Indonesia sendiri, penderita autisme jumlahnya mencapai kisaran satu
juta.
FYI, autisme
bukanlah penyakit. Harap dicatat, autisme BUKAN penyakit. Jadi, sama sekali
tidak ada alasan untuk kita sebagai manusia normal menjauhi para penderita
autisme karena autisme sama sekali TIDAK MENULAR.
Autisme adalah
gangguan neurologis yang mempengaruhi fungsi normal otak manusia dalam
melakukan interaksi sosial dan komunikasi.
Menurut Autism Society of America, orang autis biasanya
menunjukkan kesulitan berkomunikasi secara verbal dan nonverbal, serta sulit
berinteraksi dan beraktivitas sosial. Autisme muncul sejak tiga tahun pertama
kehidupan.
Autisme bisa
disebabkan tiga hal, yaitu faktor genetis, kromosom, dan lingkungan yang
memengaruhi anak mulai dari kandungan sampai anak itu lahir.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada tubuh anak autis, ditemukan logam berat yang jumlahnya
bisa 100 kali lipat dari ambang batas normal.
Tubuh manusia
dirancang untuk menyaring kelebihan logam berat dan mengeluarkannya dari dalam
tubuh. Tetapi sistem tubuh orang autis rupanya tidak dapat mengeluarkan logam
berat dan malah menyesuaikan dengan kelebihan tersebut.
Bahkan saat lahir,
bayi sudah punya kandungan logam berat yang berasal dari ibunya. Logam tersebut
bisa bertambah karena paparan bahan-bahan yang ada di alam, misalnya makanan.
Ikan yang mengandung banyak merkuri, contohnya. Selain itu, ada juga pencemaran
aluminium yang berasal dari peralatan masak, sedangkan kadar timbal dan logam
berat lain bisa masuk ke dalam tubuh karena pencemaran udara. Mainan anak-anak
juga dapat menjadi tidak aman karena bisa mengandung logam.
Salah satu tindakan
yang biasanya memberatkan tingkat autisme adalah vaksinasi. Sering dijumpai
kasus anak-anak yang mulai menunjukkan gejala autisme setelah diimunisasi.
Rupanya ada beberapa vaksin yang masih mengandung logam berat. Vaksinasi
kemudian menjadi pemicu gejala autisme pada anak karena tingkat logam berat
yang meningkat drastis, melebihi ambang batas yang dapat ditoleransi. Dalam hal
ini anak laki-laki lebih rentan terpicu autisme akibat vaksinasi dibanding anak
perempuan.
Namun bukan berarti
vaksinasi menjadi sesuatu yang patut dihindari. Vaksinasi tetap diperlukan untuk
meningkatkan imunitas anak. Namun, sebagai pencegahan, jangan pernah melakukan
vaksinasi secara bersamaan. Pastikan anak diimunisasi dengan vaksin yang bebas
logam. Setelah divaksinasi, perhatikan apakah ada perubahan pada tingkah laku
anak. Jika ada, segera kontak dokter dan hentikan vaksinasi. Meski tak terjadi
apa-apa, tunggulah tiga bulan untuk melakukan vaksinasi berikutnya. Beban
berlebihan pada sistem anak akan merusak sistem imunnya.
Kita semua perlu tau
setidaknya sedikit informasi dasar mengenai autisme. Karena dengan mengetahui
informasi tersebut, kita bisa sedikit menaruh rasa simpati kepada para
penderita autis. Di samping itu, kita juga bisa menghindari
kemungkinan-kemungkinan autisme pada orang-orang yang kita cintai.
Hari Peduli
Autisme Sedunia ini dimaksudkan agar kita sebagai orang yang lebih beruntung
dari saudara-saudara kita yang menderita autisme, bisa memberi dukungan kepada
mereka, bukannya malah mengucilkan apalagi mengolok-olok. Seandainya saja
mereka bisa memilih, mereka juga pasti tidak menghendaki gangguan tersebut ada
dalam neuron otak mereka.
Mereka juga sama
seperti kita, manusia yang perlu mendapat apresiasi dan penghargaan yang
semestinya. Siapa sangka, dengan kekurangan mereka tersebut, mereka justru
dapat menghasilkan karya yang lebih daripada kita?
Picture :
helpyourautisticchildblog.com
No comments:
Post a Comment