Miris rasanya begitu saya tidak sengaja mendengar celetukan teman pria saya
yang kira-kira bunyinya seperti ini "Cewek tuh maunya apa sih? Udah bagus
ada Kartini yang memperjuangkan emansipasi perempuan, eh masih aja banyak
maunya!".
Saya sama sekali tidak
menyalahkan pendapat teman saya itu. Justru saya merasa tertampar dengan
pengakuan jujur tersebut. Karena pasti ada alasan kenapa teman saya bisa sampai
mengeluarkan protes seperti itu.
Apa benar emansipasi
yang telah diperjuangkan Ibu Kartini sedemikian rupa telah disalahgunakan oleh
perempuan Indonesia di zaman modern sekarang ini?
Sering sekali kita
mendengar pemberitaan buruk di berbagai media massa seputar berita asusila atau
pelecehan seksual. Selalu, yang menjadi korban adalah kaum perempuan. Tapi, apa
benar begitu? Sayangnya tidak. Saat ini, perempuan tidak selalu menjadi korban.
Perempuan bisa menjadi tersangka.
Lihat saja bagaimana
cara berpakaian cewek-cewek ABG di tempat-tempat umum. Bukan berarti perempuan
tidak boleh bereksplorasi dengan fashion mereka.
Hanya saja, perempuan harus tau batas, etika, tempat, dan kondisi. Ibaratnya,
memakai bikini di pantai atau kolam renang sah-sah saja. Tetapi kalau bikini
tersebut dipakai ke mall atau
bandara, pasti akan lain lagi ceritanya.
Terkadang, perempuan
mengenakan pakaian hanya semata-mata demi memuaskan diri mereka. Mengikuti trend, tampil fashionable, serta berderet alasan lainnya. Hal ini membuat kita
kurang aware dengan bagaimana orang lain mengartikan gaya berpakaian kita.
Mungkin bagi kita shorts, tank top, atau mini dress biasa-biasa saja. Tapi bagi orang lain (khususnya kaum
pria), bisa saja hal tersebut malah mengundang niat jahat yang sebelumnya tidak
terlintas.
Kenyataan pahit
lainnya dapat dilihat dari banyaknya korban razia di tempat hiburan malam, yang
sering dilakukan oleh pihak berwajib. Perempuan-perempuan itu tidak lagi
menghargai tubuh yang telah diberikan Tuhan kepada mereka dengan sebagaimana
mestinya. Alasannya apalagi kalau bukan karena masalah ekonomi. Kalau itu
alasannya, kenapa buktinya masih banyak remaja putri yang rela bekerja
membanting tulang sebagai pramuniaga, kasir, maupun pekerjaan lain yang sesuai
dengan norma yang berlaku? Pekerjaan yang halal.
Mereka berpikir,
dengan menjual tubuh mereka, mengumbar aurat mereka di depan puluhan pasang
mata, mereka dapat memperoleh uang dengan lebih cepat dan mudah. Bahkan
terkadang bukan hanya lembaran uang yang menyembul memenuhi kantung mereka,
tetapi juga berbagai fasilitas kemewahan. Namun, apakah mereka sadar, bahwa
tubuh mereka jauh lebih berharga dibanding apapun? Bahwa kalau mereka saja
sudah tidak menghargai tubuh mereka sendiri, bagaimana mungkin mereka berharap
orang lain akan menghargai mereka?
Mungkin Ibu Kartini
akan menangis melihat semua usaha dan kerja kerasnya malah disalahartikan
seperti ini. Bahwa banyak di antara kaum perempuan, kaum yang dibelanya, tidak
lagi memandang perjuangannya mengangkat martabat kaumnya.
"Sebagai pengarang dapatlah aku secara
besar-besaran mewujudkan cita-citaku dan berkarya bagi pengangkatan derajat dan
peradaban rakyatku." R.A.Kartini (1879-1904)
Jika dulu, sebelum Ibu
Kartini dilahirkan, perempuan dianggap hanya untuk mengurusi bagian
sumur-dapur-kasur, dikekang dengan berbagai macam aturan, maka kini yang
terjadi adalah banyak perempuan yang seperti lupa daratan. Terlalu terbuai
dengan berbagai kebebasan yang ada di dalam genggaman mereka, sehingga
melupakan peranan mereka yang sesungguhnya.
Bukan itu yang
dimaksud emansipasi. Bukan itu yang diperjuangkan Ibu Kartini mati-matian.
Emansipasi adalah kebebasan perempuan untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya,
untuk tampil di depan umum dengan prestasi yang mereka miliki, untuk berdiri
sejajar dengan pria dalam hal skills and
capabilities, untuk dapat mengejar karier mereka tanpa melupakan kodrat
asal sebagai seorang istri bagi suami dan ibu bagi anak-anak mereka.
Yang seharusnya terjadi adalah, perempuan diekspos
karena isi otaknya, karena kepandaian dan prestasinya. Akan keteladanan, kelembutan,
dan sifat keibuannya. Bukannya justru malah diekspos karena fisik semata.
Mari, semua perempuan
Indonesia, buatlah perjuangan Ibu Kartini menjadi tidak sia-sia, dengan cara
menghargai diri kita sendiri, serta menggunakan kebebasan yang kini sudah kita
miliki dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab!
"Alangkah besar bedanya bagi masyarakat Indonesia
bila kaum perempuan dididik baik-baik. Dan untuk keperluan perempuan itu
sendiri, berharaplah kami dengan harapan yang sangat supaya disediakan pelajaran
dan pendidikan, karena inilah yang akan membawa bahagia baginya." (Surat
R.A.Kartini kepada Nyonya Van Kool, Agustus 1901)
Picture :
ieatmybrain.tumblr.com
No comments:
Post a Comment