21 April 2011

Makna Emansipasi Sesungguhnya



Miris rasanya begitu saya tidak sengaja mendengar celetukan teman pria saya yang kira-kira bunyinya seperti ini "Cewek tuh maunya apa sih? Udah bagus ada Kartini yang memperjuangkan emansipasi perempuan, eh masih aja banyak maunya!".
Saya sama sekali tidak menyalahkan pendapat teman saya itu. Justru saya merasa tertampar dengan pengakuan jujur tersebut. Karena pasti ada alasan kenapa teman saya bisa sampai mengeluarkan protes seperti itu. 
Apa benar emansipasi yang telah diperjuangkan Ibu Kartini sedemikian rupa telah disalahgunakan oleh perempuan Indonesia di zaman modern sekarang ini?
Sering sekali kita mendengar pemberitaan buruk di berbagai media massa seputar berita asusila atau pelecehan seksual. Selalu, yang menjadi korban adalah kaum perempuan. Tapi, apa benar begitu? Sayangnya tidak. Saat ini, perempuan tidak selalu menjadi korban. Perempuan bisa menjadi tersangka. 
Lihat saja bagaimana cara berpakaian cewek-cewek ABG di tempat-tempat umum. Bukan berarti perempuan tidak boleh bereksplorasi dengan fashion mereka. Hanya saja, perempuan harus tau batas, etika, tempat, dan kondisi. Ibaratnya, memakai bikini di pantai atau kolam renang sah-sah saja. Tetapi kalau bikini tersebut dipakai ke mall atau bandara, pasti akan lain lagi ceritanya.
Terkadang, perempuan mengenakan pakaian hanya semata-mata demi memuaskan diri mereka. Mengikuti trend, tampil fashionable, serta berderet alasan lainnya. Hal ini membuat kita kurang aware dengan bagaimana orang lain mengartikan gaya berpakaian kita. Mungkin bagi kita shorts, tank top, atau mini dress biasa-biasa saja. Tapi bagi orang lain (khususnya kaum pria), bisa saja hal tersebut malah mengundang niat jahat yang sebelumnya tidak terlintas.
Kenyataan pahit lainnya dapat dilihat dari banyaknya korban razia di tempat hiburan malam, yang sering dilakukan oleh pihak berwajib. Perempuan-perempuan itu tidak lagi menghargai tubuh yang telah diberikan Tuhan kepada mereka dengan sebagaimana mestinya. Alasannya apalagi kalau bukan karena masalah ekonomi. Kalau itu alasannya, kenapa buktinya masih banyak remaja putri yang rela bekerja membanting tulang sebagai pramuniaga, kasir, maupun pekerjaan lain yang sesuai dengan norma yang berlaku? Pekerjaan yang halal.
Mereka berpikir, dengan menjual tubuh mereka, mengumbar aurat mereka di depan puluhan pasang mata, mereka dapat memperoleh uang dengan lebih cepat dan mudah. Bahkan terkadang bukan hanya lembaran uang yang menyembul memenuhi kantung mereka, tetapi juga berbagai fasilitas kemewahan. Namun, apakah mereka sadar, bahwa tubuh mereka jauh lebih berharga dibanding apapun? Bahwa kalau mereka saja sudah tidak menghargai tubuh mereka sendiri, bagaimana mungkin mereka berharap orang lain akan menghargai mereka?
Mungkin Ibu Kartini akan menangis melihat semua usaha dan kerja kerasnya malah disalahartikan seperti ini. Bahwa banyak di antara kaum perempuan, kaum yang dibelanya, tidak lagi memandang perjuangannya mengangkat martabat kaumnya.
"Sebagai pengarang dapatlah aku secara besar-besaran mewujudkan cita-citaku dan berkarya bagi pengangkatan derajat dan peradaban rakyatku." R.A.Kartini (1879-1904)
Jika dulu, sebelum Ibu Kartini dilahirkan, perempuan dianggap hanya untuk mengurusi bagian sumur-dapur-kasur, dikekang dengan berbagai macam aturan, maka kini yang terjadi adalah banyak perempuan yang seperti lupa daratan. Terlalu terbuai dengan berbagai kebebasan yang ada di dalam genggaman mereka, sehingga melupakan peranan mereka yang sesungguhnya.
Bukan itu yang dimaksud emansipasi. Bukan itu yang diperjuangkan Ibu Kartini mati-matian. Emansipasi adalah kebebasan perempuan untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya, untuk tampil di depan umum dengan prestasi yang mereka miliki, untuk berdiri sejajar dengan pria dalam hal skills and capabilities, untuk dapat mengejar karier mereka tanpa melupakan kodrat asal sebagai seorang istri bagi suami dan ibu bagi anak-anak mereka.
Yang seharusnya terjadi adalah, perempuan diekspos karena isi otaknya, karena kepandaian dan prestasinya. Akan keteladanan, kelembutan, dan sifat keibuannya. Bukannya justru malah diekspos karena fisik semata.
Mari, semua perempuan Indonesia, buatlah perjuangan Ibu Kartini menjadi tidak sia-sia, dengan cara menghargai diri kita sendiri, serta menggunakan kebebasan yang kini sudah kita miliki dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab!
"Alangkah besar bedanya bagi masyarakat Indonesia bila kaum perempuan dididik baik-baik. Dan untuk keperluan perempuan itu sendiri, berharaplah kami dengan harapan yang sangat supaya disediakan pelajaran dan pendidikan, karena inilah yang akan membawa bahagia baginya." (Surat R.A.Kartini kepada Nyonya Van Kool, Agustus 1901)
Picture : ieatmybrain.tumblr.com

No comments:

Post a Comment