“Aku tidak akan mengatakan aku tidak bisa hidup tanpamu,
karena kenyataannya tidak seperti itu. Aku bisa hidup tanpamu, hanya saja aku
tidak mau.”
“Kau harus bisa, juga harus mau.”
“Kenapa? Beri aku satu alasan yang masuk akal.”
“Karena kau tidak boleh mencintaiku.”
“Kau harus bisa, juga harus mau.”
“Kenapa? Beri aku satu alasan yang masuk akal.”
“Karena kau tidak boleh mencintaiku.”
“Tidak ada manusia yang tidak boleh mencintai siapapun. Dan tidak ada manusia yang tidak boleh dicintai oleh siapapun.”
“Karena
kita terlalu berbeda.
“Kamu manusia, aku pun demikian. Kita sama-sama melihat dengan sepasang mata. Mendengar dengan sepasang telinga. Membaui dengan sebuah hidung. Berbicara dengan sebuah mulut. Menggenggam dengan sepasang tangan. Berdiri dengan sepasang kaki.”
“Kamu manusia, aku pun demikian. Kita sama-sama melihat dengan sepasang mata. Mendengar dengan sepasang telinga. Membaui dengan sebuah hidung. Berbicara dengan sebuah mulut. Menggenggam dengan sepasang tangan. Berdiri dengan sepasang kaki.”
“Tapi kau
mencintai dengan hati, sedang aku mencintai dengan otak.”
“Mencintai
memang tidak melulu menggunakan hati. Otak juga harus ikut ambil bagian.”
“Tidakkah
kau mengerti? Aku mencintaimu hanya dengan otakku. Otak yang dipenuhi pikiran
tamak. Dan aku benci diriku yang seperti itu.”
“Kalau
begitu, aku akan melepaskan predikatku. Juga meninggalkan seluruh hartaku.
Supaya kau tidak perlu membenci dirimu yang mencintaiku dengan otak dipenuhi
pikiran tamak.”
“Memang,
jika kau melepaskan predikatmu dan meninggalkan seluruh hartamu, aku tidak akan
membenci diriku. Karena aku juga tidak lagi mencintaimu. Bahkan dengan otak dipenuhi
pikiran tamak sekalipun.”
“Kau...”
“Lihat,
sejak awal sudah kukatakan, kau tidak boleh mencintaiku. Sekarang kau sudah
mengerti, bukan?”
“Tidak.
Aku tidak mau mengerti. Aku tidak akan melepaskan predikatku dan meninggalkan
hartaku. Jadi, tetaplah mencintaiku dengan otak yang dipenuhi pikiran tamak.
Biar kau dan aku sama-sama menderita dalam lingkaran setan berlabel cinta ini.”
*) Terinspirasi dari cerita drama Korea berjudul Cheongdam-dong Alice
Picture : nduknha.blogspot.com
No comments:
Post a Comment