09 May 2012

Azas Kebutuhan



Disadari atau tidak, ada saat di mana kita sudah lama tidak berkomunikasi dengan seseorang, tapi kemudian kita kembali menghubungi orang tersebut. Bukan karena bermaksud untuk menanyakan kabar mereka, melainkan karena kita sedang membutuhkan bantuan mereka. Atau mungkin orang lain yang melakukan hal serupa kepada kita.

Di saat orang tersebut sedang membutuhkan pertolongan kita, terlebih kalau kita adalah satu-satunya orang yang bisa dimintai tolong, mereka rela mengekor kita ke mana pun. Mereka tidak bosan-bosannya menghubungi kita. Tapi begitu mereka sudah tidak lagi membutuhkan pertolongan kita, woosh, mereka menghilang begitu saja bagai ditelan bumi. Meninggalkan kita sendirian dengan perasaan seperti barang bekas yang dibuang setelah tidak lagi diinginkan atau diperlukan oleh pemiliknya.

Their first priority is their own goods. No sincerity at all. Segala bentuk kebaikan dan kemanisan dengan embel-embel motif di baliknya. Semata-mata karena azas kebutuhan.
Karena azas kebutuhan pula lah, musuh bebuyutan sekalipun bisa melupakan rasa benci mereka di saat benar-benar terjepit dalam situasi penuh urgensi. Tidak perlu munafik atau sok idealis. Di saat normal kita bisa saja mengatakan “Gue nggak akan pernah minta tolong sama dia”. Tapi lain halnya apabila kita sedang terjepit suatu permasalahan, dan kebetulan hanya orang itu yang bisa dimintai tolong.

Setiap manusia memang memiliki kecenderungan untuk menomorsatukan dirinya. Untuk membuat dirinya terlihat paling cemerlang, untuk membuat dirinya merasa nyaman dan aman. Tapi bukan berarti kita bisa mengorbankan orang lain demi kecenderungan tersebut. Sama sekali bukan excuse yang pantas.

Berbuat baik pada orang lain harusnya dilandasi dengan ketulusan, bukan karena orang itu bisa memberikan keuntungan bagi kita.

Berteman dengan seseorang bukan karena pemikiran “Ah, dia kan pintar, lumayan gue bisa nyontek jawaban tugas”, tapi karena kita memang merasakan chemistry dengan orang tersebut.

Tanpa bermaksud menggurui, hanya pemikiran pribadi. Kalau kita berbuat baik dengan tulus tanpa mengutamakan kepentingan pribadi, percayalah kalau kita akan mendapatkan sesuatu yang lebih baik.

Jadi, jangan lagi menghubungi teman lama yang sudah jarang berkomunikasi hanya karena kita butuh bantuan darinya, tapi karena kita memang benar-benar tulus kangen padanya dan ingin tahu bagaimana keadaannya.

Picture : facebook.com

No comments:

Post a Comment