07 September 2011

Mendapatkan Apa yang Kita Butuhkan



Saat kita meminta sesuatu kepada Tuhan, kemudian apa yang kita nantikan itu tidak kunjung datang, tidak juga terwujud, kita langsung marah. Kita langsung menuding Tuhan itu tidak adil, tidak lagi sayang kepada kita. Berbagai tudingan lain kita keluarkan, semata-mata demi mencurahkan protes kita, menunjukkan amarah kita. Kita seolah diracuni dengan paradigma "Segala sesuatu yang kita minta dalam doa kita akan dikabulkan oleh Tuhan". Sebuah paradigma yang menyedihkan.
Karena kenyataannya, tidak semua yang kita minta pasti akan dikabulkan. Tuhan lah yang menciptakan kita. Tuhan itu Maha Besar, Maha Agung, Maha Adil, maha segala-galanya. Dialah yang paling tau apa yang terbaik untuk segala ciptaan-Nya. Oleh sebab itu, Tuhan pasti punya alasan kuat mengapa Ia tidak mengabulkan doa kita.
Ada banyak kemungkinan. Bisa jadi, memang cara kita meminta yang salah. Atau bisa juga, Tuhan punya pertimbangan lain. Tidak memberikan apa yang kita minta bukan berarti Ia tidak lagi menyayangi kita. Justru, itulah bukti cinta-Nya yang begitu besar. Cara berpikir kita dengan Tuhan jauh berbeda. Apa yang menurut kita baik, belum tentu baik pula di mata-Nya. Mungkin karena itulah Tuhan tidak memberikan apa yang kita minta. Pastinya Tuhan tengah merencanakan sesuatu yang jauh lebih indah, sesuatu yang sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Atau mungkin, waktunya yang belum tepat. Kita manusia begitu kecil di hadapan Tuhan. Karenanya, kita tidak mampu menebak apa yang sedang Ia siapkan untuk kehidupan kita.
Bahkan ada saatnya di mana kita sudah lupa akan permohonan kita tersebut. Tapi tidak begitu dengan Tuhan. Ia akan selalu ingat dengan apa yang dibutuhkan oleh ciptaan-Nya. Bahkan tanpa kita meminta pun, sudah berapa banyak kelimpahan yang Ia berikan kepada kita? Tidak terhitung! Tanpa meminta nafas kehidupan, hari baru, udara-matahari-air untuk bertahan hidup pun, Tuhan sudah memberikannya secara cuma-cuma.
Saya suka sekali dengan ilustrasi di bawah ini. Sebuah ilustrasi yang menampar saya. Menyadarkan saya dari paradigma berpikir saya yang menyedihkan. Menanamkan pengharapan baru, sukacita baru. Mendekatkan diri saya pada Tuhan :
Aku meminta setangkai bunga segar pada Tuhan, 
Ia memberiku kaktus berduri. 
Aku meminta binatang mungil nan cantik pada Tuhan, 
kemudian Ia memberiku ulat bulu. 
Aku sempat sedih! Protes! 
Dan aku kecewa... 
Betapa tidak adilnya Tuhan. 
Namun kemudian, lama-kelamaan kaktus itu mulai berbunga. 
Sangat indah! 
Dan ulat bulu itupun tumbuh, 
menjadi kupu-kupu yang sangat cantik.
Itulah jalan Tuhan, indah pada waktunya. 
Tuhan tidak memberi apa yang kita inginkan, 
namun memberikan apa yang kita perlukan. 
Kadang kita sedih, kecewa, terluka. 
Tapi jauh di atas segalanya, 
Ia sedang merajut yang terbaik untuk kehidupan kita.
Aku meminta kekuatan, 
dan Tuhan memberiku kesulitan untuk kuhadapi agar aku menjadi lebih tegar. 
Aku meminta kebijaksanaan, 
dan Tuhan memberiku permasalahan untuk kuselesaikan agar aku berpikir. 
Aku meminta kesejahteraan, 
dan Tuhan memberiku otak dan tenaga supaya aku bisa bekerja. 
Aku meminta keberanian, 
dan Tuhan memberiku rintangan untuk kuhadapi. 
Aku meminta cinta, 
dan Tuhan memberiku orang-orang bermasalah untuk kutolong dan kusayangi. 
Aku meminta kemurahan hati, 
dan Tuhan memberiku kesempatan. 
Aku tidak mendapatkan apa yang kuminta. 
Aku tidak mendapatkan apa yang kuinginkan. 
Tapi aku mendapatkan apa yang kubutuhkan.
Karenanya, ketika kita merasa tidak bisa mendapatkan apa yang kita inginkan, inginkanlah apa yang kita dapatkan. Dengan begitu, kita akan mensyukuri apapun yang kita peroleh.
Picture : flickr.com

No comments:

Post a Comment