04 August 2012

Pompa Karatan




Seorang pria yang tersesat di gurun pasir hampir mati kehausan. Beruntung ia tiba di sebuah rumah kosong. Di depan rumah tua tanpa jendela yang hampir roboh itu terdapat sebuah pompa. Segera ia mulai memompa sekuat tenaga, tapi tidak ada air yang keluar.

Kemudian ia melihat ada kendi di sebelah pompa yang tertutup gabus. Terdapat pula kertas tertempel di kendi yang berisi tulisan “Sahabat, pompa ini harus dipancing dahulu dengan air yang ada di kendi ini. Setelah air berhasil keluar dari pompa, mohon jangan lupa mengisi kendi ini lagi sebelum pergi.”

Pria itu membuka gabus penutup dan mendapati kendi tersebut penuh berisi air.

“Apakah air ini harus dipergunakan untuk memancing pompa? Bagaimana kalau tidak berhasil? Berarti tidak ada air lagi dan saya akan sangat kehausan. Bukankah lebih aman kalau saya minum airnya dulu, daripada nanti mati kehausan kalau ternyata pompanya tidak berfungsi? Untuk apa harus mengambil risiko menuangkannya ke pompa karatan hanya karena sebuah instruksi di atas secarik kertas kumal yang belum tentu kebenarannya?” pikirnya.

Untung suara hati pria itu mengatakan bahwa ia harus mengikuti nasihat yang tertera di kertas sekalipun berisiko. Ia menuangkan seluruh air di kendi ke dalam pompa dan dengan sekuat tenaga memompanya.

Ternyata benar! Air keluar dengan melimpah. Pria itu pun bisa minum sepuasnya. Setelah istirahat memulihkan tenaga dan sebelum meninggalkan tempat itu, ia mengisi kendi sampai penuh, menutupnya kembali dengan gabus dan menambahkan beberapa kata di bawah instruksi pesan itu: “Terima kasih, sahabat. Saya telah melakukannya dan berhasil.”

Moral of the story:
Untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, terkadang kita perlu mengambil pilihan yang berisiko. Entah berhasil atau gagal, setidaknya kita sudah berani mengambil pilihan. Kita berani memutuskan apa yang akan kita lakukan dalam hidup, meskipun harus melalui berbagai pertimbangan terlebih dahulu.

“The person who risks nothing, does nothing, has nothing, is nothing, and becomes nothing. He may avoid suffering and sorrow, but he simply cannot leartn and feel and change and grow and love and live.” –Leo F. Busclaqia

Picture : whoiamronya.soclog.se

No comments:

Post a Comment