I do believe everyone
deserves a second chance, but not a third.
Saya pernah membiarkan diri saya dikecewakan oleh seseorang satu
kali. Berpegang pada kepercayaan tersebut, saya dengan tulus memberinya
kesempatan kedua. Saya belajar untuk bisa mempercayainya kembali dari nol. Tapi
hasil akhir sepenuhnya berada di tangannya. Saat ia memutuskan untuk tidak
memanfaatkan kesempatan kedua yang saya berikan, maaf, tidak akan ada
kesempatan ketiga dan seterusnya.
Trust is like a
mirror. Once it’s broken, you can never look at it the same again.
Jangan pernah membuat janji yang tidak bisa ditepati.
Apalagi dengan gaya yang sangat meyakinkan.
Mungkin baginya janji yang ia buat dengan saya tidak begitu
penting. Dengan gampangnya ia bisa membatalkan janji yang sudah kami susun dari
jauh-jauh hari. Janji yang pertama dibatalkan lewat perantara ibunya,
disampaikan bahkan kepada ibu saya, tidak langsung kepada saya. Sedangkan janji
kedua dibatalkan hanya dengan tiga kata yang dikirim lewat layanan Blackberry
Messenger ‘Paling nggak jadi’, kurang
dari dua jam sebelum waktu janjian yang telah ditentukan.
Saya cuma manusia biasa yang punya batas kesabaran. Saat
membalas BBM-nya dengan sebuah kalimat ‘Jangan
bikin janji kalau emang lo nggak niat dan ujung-ujungnya ngebatalin beberapa
jam sebelum waktu janjian’, saya tahu, kepercayaan saya padanya sudah tak
lagi tersisa.
Kalau berani membuat janji dengan begitu meyakinkan di awal,
kenapa lantas tidak berani membatalkannya dengan tingkat keberanian yang sama?
Langsung kepada saya, tanpa perantara. Atau setidaknya memberikan alasan yang bisa
diterima akal, bukannya membiarkan BBM saya berubah tanda menjadi ‘R’ tanpa
dibalas.
Berdasarkan hasil uji kepribadian yang pernah saya ikuti
sewaktu SMA dulu, dikatakan bahwa saya akan kecewa bila tidak dapat menepati
janji atau bila suatu hal tidak sesuai dengan keinginan saya. Mungkin karena
inilah, saya juga tidak suka kalau orang yang sudah membuat janji dengan saya
tidak menepatinya. Sesederhana apapun jenis janji itu.
Don’t trust too much,
don’t love too much. Because that too much will hurt you so much.
Sepertinya quotes tersebut
perlu saya tanamkan dalam pikiran saya. Saya harus bisa mengatasi kelemahan
saya. Dalam kasus ini, terlalu percaya pada orang lain (tampaknya karakter yang
satu ini diwariskan dari ibu saya). Terlalu yakin bahwa orang lain akan
memperlakukan saya, sama dengan bagaimana saya memperlakukan mereka.
Ungkapan “Jangan mencubit kalau tidak mau dicubit” terbukti tidak selalu berlaku. Terhadap orang-orang tertentu, meski saya berusaha untuk tidak mengecewakan mereka dengan sebisa mungkin menepati janji yang keluar dari mulut saya, nyatanya mereka tidak melakukan hal yang sama.
Picture : ennatumbul.tumblr.com
No comments:
Post a Comment