Hari ini, lagi-lagi saya mendapatkan naskah novel yang dikirimkan kembali
dari penerbit, lengkap dengan surat pernyataan bahwa naskah saya belum layak
untuk diterbitkan. Entah sudah keberapa kalinya hal seperti ini terjadi. Tapi
setidaknya, hari-hari penuh ketidakpastian itu telah usai. Saya tidak perlu
lagi menandai hari demi hari yang terlewati di kalender meja belajar tentang
nasib naskah saya.
Sejak awal mengirimkan
naskah tersebut, saya tau pasti hanya akan ada dua jawaban. Diterbitkan atau
dikembalikan secara utuh (baca: ditolak). Bohong kalau saya mengatakan saya
baik-baik saja. Tidak, saya tidak sepenuhnya baik-baik saja. Tentu, ada rasa
kecewa yang mendera. Saya masih manusia normal yang tidak luput dari emosi.
Tapi rasa kecewa itu tidak akan menghentikan perjuangan saya.
Kalau Thomas A. Edison
saja harus mengalami kegagalan sampai 9.998 kali, baru akhirnya berhasil dan
bahkan namanya dikenang sampai saat ini, kenapa saya harus berhenti saat baru
mengalami kegagalan 3 kali?
Kalau Stephen King saja harus mengalami penolakan berkali-kali atas naskah
yang ia kirimkan, sampai membuatnya memakukan surat-surat penolakan tersebut ke
dinding rumah sebagai motivasi pribadi, kenapa saya harus behenti berkarya dan
belajar? (cerita mengenai Stephen King bisa dibaca di sini).
Ibu saya sering sekali
menasihati saya untuk tidak mudah menyerah saat mengalami kegagalan. “Hanya
manusia sakti yang tidak pernah sekalipun mengalami kegagalan dalam kehidupan
mereka. Bahkan orang terhebat yang dikenal pun, suatu saat pernah mengalami
kegagalan. Bedanya, mereka memilih untuk terus berjuang dan memperbaiki diri,
bukannya meratapi kegagalan tersebut terus-menerus.” Itulah kalimat yang selalu
dipesankan oleh ibu saya.
Karena kegagalan lah,
manusia baru bisa menyadari arti penting perjuangan dan kerja keras. Karena
kegagalancpula lah, manusia tau bagaimana rasanya menikmati dan menghargai
keberhasilan ketika saatnya tiba.
Saya sedang mengalami
kegagalan kali ini. Tapi saya tidak akan pernah mau menjadi orang yang gagal.
Orang gagal yang hanya mampu berkubang dalam rasa penyesalan dan rendah diri.
Saya bukan tipe orang seperti itu. Saya akan terus berusaha, mengeluarkan kemampuan
terbaik saya. Memperbaiki kesalahan yang menyebabkan kegagalan sebelumnya, dan
bekerja dengan lebih baik lagi.
Perjuangan saya masih
panjang. Masih akan ada banyak tikungan berbahaya, jalanan bergelombang, maupun
hambatan dan rintangan lainnya. Tapi dengan terus mengingat bahwa akan ada
akhir dari semua perjalanan, saya akan terus memacu diri untuk mencapai batas
akhir tersebut. Batas akhir yang akan mengarah pada keberhasilan meraih impian
saya.
‘Kegagalan bukan akhir segalanya’ bukan hanya ungkapan
penyemangat semata. Karena kenyataannya, kegagalan justru adalah awal dari
segalanya. Awal dari perjuangan yang lebih keras, dan awal yang akan membawa
seseorang semakin dekat dengan keberhasilan.
Picture :
orangeandkalamansi.tumblr.com
No comments:
Post a Comment