Satu hal yang selalu saya pertanyakan sampai sekarang: Setiap kali musim
ujian, teman-teman saya beramai-ramai bertransformasi menjadi ‘anak rumahan’
(baca: menolak ajakan ke manapun, tidak peduli sebentar atau lama). Semuanya
sibuk menggunakan alasan seragam 'Gue mau belajar'.
Saya tahu sebagai pelajar ̶ mahasiswa sekalipun (yang
sering dianggap santai) ̶ tetap harus belajar.
Belajar dengan baik ---> dapat nilai bagus ---> IPK tinggi --->
diterima kerja di perusahaan unggulan ---> peningkatan taraf hidup --->
masa depan terjamin.
Tapi mereka juga tidak akan belajar selama 24 jam non-stop kan? Perhaps
too much of everything is bad, including study. Tetap harus ada waktu
sejenak untuk rileks.
Kalau saya pribadi saat ujian akan tetap menyediakan waktu untuk melakukan
hal yang saya suka: nonton film dan baca buku di luar buku pelajaran. Bukan
bermaksud untuk meremehkan esensi ujian itu sendiri. Saya melakukannya untuk
menjaga agar otak saya tetap waras. Agar pikiran saya menjadi lebih fresh,
sehingga daya tampung untuk materi ujian lebih besar. Supaya saya bisa belajar
dengan lebih efektif dan efisien.
Everything in life is about balance, I believe in that. Mungkin karena saya
mahasiswa fakultas ekonomi, saya sudah terbiasa dengan segala sesuatu yang balance.
Kan memang sudah tugas saya untuk membuat agar jurnal dan financial
statement yang saya kerjakan balance, both
in debit and credit side.
Hal tersebut tidak hanya berlaku dalam urusan jurnal, tapi juga dalam
kehidupan.
Belajar dan bersantai sejenak, keduanya dalam porsi
yang seimbang. Jangan terlalu memaksakan diri belajar tanpa
istirahat sedikitpun, tapi jangan juga terlalu lama beristirahat (baca:
berleha-leha) sampai lupa belajar.
Picture: flickr.com