26 December 2011

Untuk Dilindungi, Bukan Disakiti



Belakangan, berbagai media ramai memberitakan soal pembantaian orangutan di Kalimantan. Miris rasanya, kalau primata pintar yang enggak berdosa ini malah jadi korban akibat keserakahan manusia.

Orangutan hanya terdapat di Indonesia dan Malaysia, khususnya di hutan hujan Pulau Sumatera dan Kalimantan. Hewan ini termasuk golongan kera besar yang terbagi dalam dua spesies, yakni orangutan Sumatera (dengan nama latin Pongo abelii), dan orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus). Orangutan memiliki kekerabatan yang dekat sama manusia, karena kesamaan DNA sebesar 96,4%.

Orangutan hidup di atas pohon-pohon besar, dan jarang turun ke tanah. Mereka rajin berpindah dari satu pohon ke pohon lain (brachiating). Saat berpindah inilah, biji dari buah yang mereka makan berjatuhan dan menyebar di tanah, kemudian menjadi cikal bakal pohon-pohon baru. Itulah sebabnya orangutan disebut sebagai penjaga ekosistem hutan.

Orangutan ditetapkan sebagai hewan yang wajib dilindungi oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN), karena jumlah populasinya yang semakin mendekati kepunahan. Mereka membutuhkan waktu reproduksi yang terbilang lama untuk ukuran hewan. Orangutan betina biasanya melahirkan setiap 7-10 tahun sekali, dengan lama kandungan mirip manusia, 8.5 sampai 9 bulan. Setiap kali mereka melahirkan, hanya akan ada satu bayi orangutan. Umur orangutan di alam liar bisa mencapai 45 tahun, dan sepanjang hidup, mereka cuma bisa punya tiga anak.

Setelah proses kelahiran, bayi orangutan akan tinggal bersama induk mereka sampai umur enam atau tujuh tahun. Hubungan antara bayi orangutan dan induk mereka sangat dekat, karena sifat protektif dari sang induk. Selama masih tinggal bersama induk mereka, mereka akan diajarkan banyak hal, tentang bagaimana harus bertahan hidup di alam bebas.

Ancaman orangutan datang dari keserakahan manusia. Habitat mereka semakin sempit karena kawasan hutan hujan yang selama ini mereka tinggali dijadikan lahan kelapa sawit dan pertambangan. Pohon-pohon di hutan juga banyak ditebang buat diambil kayunya.

Orangutan kehilangan 80% wilayah habitatnya dalam waktu kurang dari 20 tahun. Mereka juga sering disakiti bahkan dibunuh para petani karena dianggap sebagai hama. Padahal, mereka cuma mau cari makan, karena makanan mereka di hutan udah enggak ada lagi.

Saking protektifnya induk orangutan terhadap anak mereka, para pemburu yang enggak punya hati itu tega membunuh induk orangutan, supaya bisa mengambil anak mereka dan menjualnya secara ilegal.

Kasus pembantaian orangutan di Kalimantan

Pembantaian orangutan secara massal di Desa Puan Cepak, Kutai Kertanegara, Tenggarong, Kalimantan Timur sudah dilakukan sejak tahun 2008, tapi beritanya baru ramai dibicarakan sekarang. Banyak ditemukan bangkai orangutan dalam kondisi mengenaskan, akibat disakiti oleh masyarakat sekitar atas perintah dari PT Khaldea Agroprima Mandiri. Baru-baru ini juga ditemukan fakta lain yang lebih menyedihkan, bahwa pembantaian tersebut bukan hanya dilakukan oleh manusia, tapi juga anjing pemburu yang terlatih.

Pemburu akan diantar oleh anjing pemburu ke lokasi yang terdapat banyak orangutan. Orangutan yang ada di kebun sawit akan dikejar oleh anjing pemburu. Kalau kabur, mereka akan ditembak dengan senapan angin atau ditombak sampai mati. Mayat orangutan difoto sebagai bukti ke perusahaan. Lewat foto itulah, mereka mendapat gaji 1,2 juta per bulan, plus 1 juta rupiah kalau berhasil membunuh orangutan. Benar-benar kejam dan enggak punya perasaan!

The real hero
Di balik kekejaman dan ketidakadilan tersebut, untungnya masih ada Biruté Galdikas (65), perempuan asal Jerman yang concern banget sama nasib orangutan. Beliau udah menulis beberapa buku tentang kelangkaan orangutan. Galdikas sampai di Kalimantan saat berumur 25 tahun. Sejak itu, beliau terus melakukan berbagai upaya untuk memencegah kepunahan orangutan dengan membangun pusat rehabilitasi. Bukan cuma itu, beliau juga membuat film dokumenter berjudul Born to Be Wild 3D (April 2011).

Trivia

- Tinggi orangutan sekitar 1.25-1.5 meter, sementara beratnya sekitar 50-90 kg (jantan) dan 30-50 kg (betina).
- Orangutan suka makan durian, madu, dan jamur.
- Orangutan bisa berjalan dengan dua kaki, tapi enggak bisa berenang.
-Orangutan adalah hewan semi-soliter, yang artinya, mereka enggak hidup dalam kawanan besar. Orangutan jantan biasanya ditemukan sendirian, sementara yang betina bersama dengan beberapa anaknya.
-Orangutan jantan bisa membuat panggilan jarak jauh yang terdengar sampai radius 1 km karena punya kantung tenggorokan yang besar. Gunanya untuk mengawasi arealnya, memanggil orangutan betina, ataupun mencegah gangguan dari orangutan jantan lain.
- Predator terbesar orangutan antara lain macan tutul, babi, buaya, ular phyton, elang hitam, dan... manusia!
- Menurut data WWF, terjadi penjualan orangutan ke Taiwan mencapai 1000 ekor antara tahun 1985-1990.

Dimuat di Majalah kaWanku No. 114/2011


Picture : orangutanphotos.blogspot.com | dok : kaWanku

07 December 2011

Kegagalan = Awal dari Segalanya



Hari ini, lagi-lagi saya mendapatkan naskah novel yang dikirimkan kembali dari penerbit, lengkap dengan surat pernyataan bahwa naskah saya belum layak untuk diterbitkan. Entah sudah keberapa kalinya hal seperti ini terjadi. Tapi setidaknya, hari-hari penuh ketidakpastian itu telah usai. Saya tidak perlu lagi menandai hari demi hari yang terlewati di kalender meja belajar tentang nasib naskah saya.
Sejak awal mengirimkan naskah tersebut, saya tau pasti hanya akan ada dua jawaban. Diterbitkan atau dikembalikan secara utuh (baca: ditolak). Bohong kalau saya mengatakan saya baik-baik saja. Tidak, saya tidak sepenuhnya baik-baik saja. Tentu, ada rasa kecewa yang mendera. Saya masih manusia normal yang tidak luput dari emosi. Tapi rasa kecewa itu tidak akan menghentikan perjuangan saya.
Kalau Thomas A. Edison saja harus mengalami kegagalan sampai 9.998 kali, baru akhirnya berhasil dan bahkan namanya dikenang sampai saat ini, kenapa saya harus berhenti saat baru mengalami kegagalan 3 kali?
Kalau Stephen King saja harus mengalami penolakan berkali-kali atas naskah yang ia kirimkan, sampai membuatnya memakukan surat-surat penolakan tersebut ke dinding rumah sebagai motivasi pribadi, kenapa saya harus behenti berkarya dan belajar? (cerita mengenai Stephen King bisa dibaca di sini).
Ibu saya sering sekali menasihati saya untuk tidak mudah menyerah saat mengalami kegagalan. “Hanya manusia sakti yang tidak pernah sekalipun mengalami kegagalan dalam kehidupan mereka. Bahkan orang terhebat yang dikenal pun, suatu saat pernah mengalami kegagalan. Bedanya, mereka memilih untuk terus berjuang dan memperbaiki diri, bukannya meratapi kegagalan tersebut terus-menerus.” Itulah kalimat yang selalu dipesankan oleh ibu saya.
Karena kegagalan lah, manusia baru bisa menyadari arti penting perjuangan dan kerja keras. Karena kegagalancpula lah, manusia tau bagaimana rasanya menikmati dan menghargai keberhasilan ketika saatnya tiba.
Saya sedang mengalami kegagalan kali ini. Tapi saya tidak akan pernah mau menjadi orang yang gagal. Orang gagal yang hanya mampu berkubang dalam rasa penyesalan dan rendah diri. Saya bukan tipe orang seperti itu. Saya akan terus berusaha, mengeluarkan kemampuan terbaik saya. Memperbaiki kesalahan yang menyebabkan kegagalan sebelumnya, dan bekerja dengan lebih baik lagi.
Perjuangan saya masih panjang. Masih akan ada banyak tikungan berbahaya, jalanan bergelombang, maupun hambatan dan rintangan lainnya. Tapi dengan terus mengingat bahwa akan ada akhir dari semua perjalanan, saya akan terus memacu diri untuk mencapai batas akhir tersebut. Batas akhir yang akan mengarah pada keberhasilan meraih impian saya.
‘Kegagalan bukan akhir segalanya’ bukan hanya ungkapan penyemangat semata. Karena kenyataannya, kegagalan justru adalah awal dari segalanya. Awal dari perjuangan yang lebih keras, dan awal yang akan membawa seseorang semakin dekat dengan keberhasilan.
Picture : orangeandkalamansi.tumblr.com