30 March 2011

13 Facts about Me



1. Waktu kecil pernah punya cita-cita jadi fortune teller (yeah, i'm such a weirdo).

2. Dari kecil sampai SMP suka banget sama warna pink, setelah masuk SMA malah jadi ilfil dan berpaling ke hitam dan merah.

3. Amat-sangat-sensitif. Setiap kali nonton film atau baca novel yang ada adegan sedihnya, pasti langsung nangis. Dan yang lebih parah, denger lagu yang liriknya menohok juga bisa tiba-tiba nangis!

4. Dalam jangka waktu kurang dari satu tahun, dua kali jatuh dari undakan satu tangga, dan akhirnya terkilir di bagian kaki yang sama.

5. Setiap masak, asal masukin bumbu dan nggak pernah dicicipi setelahnya. Tapi herannya, rasanya enak-enak aja tuh (bukan cuma opini saya, tapi menurut orang lain yang mencobanya).

6. Dari kelas satu sampai lima SD, benci matematika dan hari Jumat (karena setiap Jumat pasti ada ulangan matematika). Tapi setelah ikut Kumon, malah jadi suka sama matematika.

7. Bisa nonton Gossip Girl sampai berulang kali (mulai dari season satu sampai terakhir, tapi khusus scene Blair & Chuck).

8. Nggak pernah bisa main game yang membutuhkan kecepatan dan ketangkasan (kayakWinning Eleven, Audition, dll).

9. Hobi ngisi TTS dan kuis-kuis di majalah.

10. Punya satu jam tangan kesayangan yang udah dipakai dari kelas tujuh, sampai sekarang.

11. Susah tidur kalau lampu dinyalalakan.

12. Pecinta hujan. Suka dengan suasana sentimentilnya, wangi tanah setelahnya, udara sejuknya, plus main hujan-hujanan juga.

13. Kalau orang-orang menganggap angka 13 sebagai angka sial, maka saya sangat menyukai angka ini. Mungkin salah satunya karena saya lahir pada tanggal 13.

Picture : private collection

29 March 2011

Let It Flow



Ada seorang teman yang sering mengatakan kepada saya, "Hidup jangan dibawa terlalu serius, Ve. Just let it flow. Nikmati saja hidup sebagaimana mestinya".
Entah kenapa akhir-akhir ini penuturan simpel cenderung bercanda itu terus menghantui pikiran saya.
Karena pada dasarnya saya adalah orang yang tidak mudah untuk move on, terutama saat dihadapkan dengan hal-hal yang tidak mengenakkan.
Bukan hanya itu saja, saya juga tidak jarang terlalu mempush diri saya sendiri untuk melakukan hal-hal tertentu. Memaksakan diri mengerjakan banyak hal dalam waktu bersamaan. Bahkan seringkali pada akhirnya kengototan saya itu merugikan diri saya sendiri.
Mengingat perkataan teman saya tersebut, saya merasa perlu membenahi diri. 
Just let it flow. 
Mungkin kata-kata itulah yang perlu hadir dalam kamus hidup saya. Tidak perlu digunakan setiap saat, hanya saat-saat di mana saya memang harus menggunakannya.
Kalau saatnya melupakan, yah lupakanlah.
Saatnya move on, tanpa berlarut-larut saya akan langsung move on.
Saatnya memberi space kepada diri saya sendiri, maka saya akan berhenti sejenak dan mengistirahatkan baik jiwa maupun raga ini.
Karena let it flow merupakan salah satu kunci untuk menikmati hidup yang hanya sekali ini.
Picture : kulihatkudengarkurasa.blogspot.com

23 March 2011

The best thing you can do is...



... find a person who loves you for exactly what you are. Good mood, bad mood, ugly, pretty, handsome, what have you, the right person will still think the sun shines out your ass. That's the kind of person that's worth sticking with.
                                                           -Juno

Picture: inthedairyofjane.tumblr.com

21 March 2011

Menikmati Sebuah Proses



Semakin modernnya dunia ini, maka kita akan semakin terbiasa dengan segala sesuatu yang berbau instan. Lihat saja betapa digandrunginya junk food, meskipun orang-orang tau betul bahaya yang ada di balik makanan cepat saji tersebut. Belum lagi iming-iming yang dijanjikan oleh berbagai iklan, mulai dari kurus dalam beberapa minggu, jerawat hilang dalam semalam, kulit menjadi putih dalam hitungan hari, dan masih banyak contoh lainnya.

Dengan gaya hidup instan seperti ini, secara tidak sadar kita digiring semakin jauh dari hal bernama proses. Mindset kita otomatis berubah, bahwa segala sesuatu di dunia ini bisa didapatkan dengan cepat, bahkan cenderung tanpa usaha. Padahal, proses sebenarnya menjadi sebuah hal penting yang tidak bisa dilupakan eksistensinya.

Melalui proses, kita akan lebih menghargai apa yang kita capai lewat proses tersebut. Contoh simpelnya saja, coba rasakan kenikmatan antara mengkonsumsi junk food, atau makanan yang membutuhkan pengolahan kompleks. Dengan proses memasaknya yang rumit dan membutuhkan proses, maka kita akan lebih menghargai makanan tersebut ketika menyantapnya.
Kehidupan tidak bisa dipisahkan dari proses. Kalau kita berpikir, segala sesuatu bisa dicapai tanpa proses, coba kita pikirkan kembali. 
Kehidupan sendiri merupakan proses. Setiap jenjang kehidupan yang kita tapaki adalah proses yang menjadikan kita lebih dewasa, lebih bijaksana, lebih kuat. Proses untuk mencapai tujuan hidup kita yang sesungguhnya.
Oleh sebab itu, jangan sampai kita terbuai dengan berbagai kemudahan yang cenderung instan. Karena tidak ada jaminan bahwa apa yang kita peroleh dengan cara instan, akan lebih baik dan berharga dibandingkan dengan sesuatu yang didapatkan dengan proses panjang. 
Proses membuat kita tau betapa susahnya mencapai sesuatu, sehingga kita akan lebih menghargai sesuatu itu ketika berhasil mencapainya.

Begitu pula dengan fase kehidupan yang sedang saya jalani saat ini. Rangkaian try out,ujian praktek, Ujian Akhir Sekolah (UAS), dan Ujian Akhir Nasional (UAN) yang menjadi puncaknya. Semuanya itu saya anggap sebagai proses yang indah. Proses yang akan membawa saya pada hasil belajar selama 12 tahun. Proses yang akan membawa saya menuju lembaran baru dalam hidup. 
Bahkan saya cenderung menikmati proses itu. Karena tanpa proses panjang tersebut, tidak mungkin ada yang namanya hari kelulusan. Tidak mungkin ada hari di mana saya dinyatakan telah menuntaskan perjalanan saya di jenjang sekolah.
Nyatanya, hidup akan lebih menyenangkan dengan adanya proses. Coba bayangkan dua orang yang saling mencintai langsung menikah, tanpa proses penjajakan, berpacaran, saling mengenal lebih jauh. Rasanya pasti akan aneh dan hambar. Jadi, bersyukurlah kalau kita masih bisa menikmati proses dalam hidup ini.
Picture : 500px.com

17 March 2011

My Life According to Paramore



Rules : Using only song names from ONE ARTIST, cleverly answer these questions. Try not to repeat a song title. It's a lot harder than you think!

-Your Artist/Band :
Paramore

-Describe yourself :
Just Like Me

-How do you feel :
Brighter

-Describe where you currently live :
This Circle

-If you could go anywhere, where would you go?
All I Wanted

-Your best friend?
My Number One

-You and your best friends :
Born for This

-What's the weather like:
When It Rains

-Favorite time of day :
Another Day

-If your life was a TV show, what would it be called :
Miracle

-What is life to you :
Temporary

-Your relationship :
Stuck on You

-Your fear :
Ignorance

-What is the best advice you have to give :
Careful

-Thought for the Day :
Here We Go Again

-How you would like to die?
Swim in Silence

-Your soul's present condition :
Faces in Disguise

-Your Motto :
Walk the Line

Picture : theworldshavoc.tumblr.com

11 March 2011

Alone & Lonely



Dengan status sebagai anak tunggal dalam keluarga, saya sudah sangat terbiasa merasa kesepian. Sejak kecil, saya sudah terbiasa ditinggal bekerja oleh kedua orangtua saya, bermain sendirian di rumah, melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukan oleh dua orang atau lebih, lagi-lagi sendirian.

Kesepian. Sendiri. Dua kata itu sudah tidak asing dalam kamus hidup saya.
Kadang ada saat di mana saya merasa kehadiran orang-orang terdekat saya (orangtua, keluarga, sahabat) bisa mengusir semua rasa kesepian dan sendiri itu. Tapi ada pula saat di mana saya merasa justru kehadiran mereka semakin membuat saya menyadari betapa kesepiannya saya. Betapa sendirinya saya.
Kadang saya menikmati kesendirian saya itu dengan berbagai cara. Daydreaming, membaca, menulis, refleksi diri, atau apapun sesuai dengan mood saya saat itu. Tapi kadang, saya muak dengan semua kesendirian itu.
Seringkali pula, ketika berada di tempat ramai, saya masih merasa seorang diri. Kembali sendirian, kesepian. Tak jarang saya menemukan banyak di antara teman saya yang punya banyak saudara, punya keluarga besar, punya banyak teman, tetap merasa kesepian. Apa yang salah? Kenapa bisa seperti itu?
Apa setiap manusia, tidak peduli seberapa terkenalnya mereka, seberapa banyaknya orang-orang di sekeliling mereka, seberapa kayanya mereka, seberapa bahagianya mereka, tidak bisa melepasan diri dari jeratan kesepian itu?
Kata orang, dengan selalu berpikiran positif dalam segala keadaan dan situasi, maka seseorang tidak akan pernah merasa kesepian. Entah mengapa saya betul-betul meragukan pernyataan ini.
Secara sadar atau tidak, setiap manusia memiliki keadaan bawah sadar, di mana mereka merasa seberapa banyakpun orang yang ada di sekitar mereka, entah yang peduli atau tidak, mereka akan tetap merasa tidak puas. Menginginkan lebih dan lebih banyak lagi perhatian. Karena pada dasarnya, rasa tidak puas dalam diri manusia merupakan sesuatu yang mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.
Lantas, apa obat untuk mengusir kesepian itu? Cara untuk terbebas dari belenggu rasa "sendirian"?
Saya masih terus mencari dan mencari. Entah sampai kapan. Mungkin sampai waktu di mana saya sudah menemukan sesuatu atau seseorang yang bisa melenyapkan rasa kesepian dan membuat saya merasa tidak sendirian lagi. Atau mungkin sampai pada suatu dimensi waktu di mana saya sudah terlalu lelah untuk mencari tau jawabannya.
Picture : luluxuosa.blogspot.com